Sepotong tulang berukuran cukup besar terhidang dalam sebuah mangkuk dengan kuah sup bening berisi potongan wortel, kentang, daun bawang, dan bawang goreng. Penampilannya sontak membuat mata terbelalak. Betapa tidak, besarnya tulang membuat si mangkuk seakan tak kuasa untuk menampungnya. Itulah hidangan sup sumsum sapi andalan Rumah Sumsum, rumah makan yang terletak tidak jauh dari Istana Batu Tulis Bogor.
Satu lagi kuliner datang dari Kota Bogor, yakni rumah makan yang menyajikan menu olahan dari sumsum sapi. Eksis sejak 3 tahun lalu, Rumah Sumsum menawarkan menu yang tidak biasa. Seunik namanya, Rumah Sumsum menawarkan hidangan yang terbuat dari sumsum sapi. Resto ini khusus menyediakan menu serba sumsum seperti sup sumsum sapi dan kambing, nasi bakar sumsum, sate sumsum, sumsum goreng, dan pepes sumsum. Bagi yang tak suka sumsum, tak usah khawatir, rumah makan ini juga menyediakan sup buntut, aneka sate, iga bakar, dan paket nasi sunda.
Ricky Febrian, sang pemilik yang pernah menjadi koki dibeberapa hotel kenamaan di Jakarta ini menuturkan bahwa ide pembuatan menu berbahan sumsum ini berawal dari pengalamannya ketika masih bekerja. Saat itu, tulang sumsum tidak dimanfaatkan. Ricky yang jago memasak mengambil sumsum tersebut dan mengolahnya menjadi berbagai jenis masakan.
Menu andalan resto ini adalah sup sumsum sapi dan nasi bakar sumsum yang bercitarasa pedas. Nasi bakarnya berukuran tidak terlalu besar, disajikan dengan sambal kacang dan potongan cabe rawit yang dibungkus rapi menggunakan daun pisang. Saat bungkus daun pisang dibuka,terlihat nasi berwarna merah yang berminyak, dengan sedikit sumsum menyembul dibalik nasi. Selain itu, menu unik lain yang dijamin tak ada di resto lain yakni, sate sumsum dan sumsum goreng. Sate dan sumsum goreng terbuat dari sumsum tulang belakang sapi. Jika sate sumsum dibuat dengan cara membakar sumsum tulang belakang sapi yang telah direbus, lain dengan sumsum goreng yang proses pembuatannya mirip seperti proses membuat nugget. “Mengolah sumsum tulang sapi untuk dijadikan sup sumsum gampang-gampang susah. Yang dibutuhkan disini benar-benar hanya tulang saja tanpa daging menempel sedikitpun. Saat merebus tulang, air rebusan harus diperhatikan, ganti air sesering mungkin agar darah dan kotoran bisa hilang dan tidak menyebabkan bau amis,” ulas Ricky. Rumah Sumsum menggunakan steamer khusus untuk tetap menghangatkan tulang agar sumsum tidak membeku setelah direbus.
Rumah makan ini menjual 30-40 porsi sup sumsum sapi saat weekday dan bisa berlipat 3-4 kali saat weekend. Untuk memenuhi kebutuhan sumsum sapi di restorannya, Ricky mempunyai supplier tetap yang terjamin kualitasnya. “Jika supply sumsum kurang karena Ricky Febrian, pemilik Rumah Sumsum
banyaknya permintaan, kami biasa mencari sendiri diseputar Bogor untuk memenuhi kebutuhan,” jelas Ricky. Harga semangkuk sup sumsum juga tidak menguras kantong yakni dibanderol dengan harga Rp. 25 ribu, Rp. 13.000 untuk nasi bakar pedas, dan RP 21.500 untuk sate sumsum. Untuk memperkuat citra rumah makannya, Ricky menawarkan menu baru yang akan dikeluarkan awal bulan Mei nanti, yakni kerupuk sumsum.
Selain menu makanan yang serba sumsum, minuman yang ditawarkan juga ‘berbau’ sumsum, yakni es bubur sumsum. Es bubur sumsum yang berisi bubur sumsum, nangka, mutiara merah, santan, dan gula ini terasa menyegarkan diminum setelah menyantap sup sumsum.
K-12
Rumah Sumsum Jalan Lawang Gintung No. 21, Bogor, Jawa Barat