Permasalahan stunting atau gagal tumbuh pada anak, semakin membutuhkan perhatian bersama. Studi Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) 2021 menunjukkan bahwa prevalensi stunting mencapai 24,4%.
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Hasto Wardoyo mengatakan, “selaku pelaksana percepatan penurunan stunting nasional yang ditunjuk oleh Presiden RI, kami berupaya mencapai target penurunan stunting menjadi 14% pada 2024. Mengingat kompleksitas di lapangan, intervensi program percepatan penurunan stunting membutuhkan gotong royong dari seluruh pihak, termasuk pihak pelaku industri pangan.”
Ia menekankan hal itu dalam sebuah virtual conference dalam rangka Hari Gizi Nasional pada 25 Januari 2022. Acara yang digelar oleh BKKBN dan Unilever Food Solution tersebut mengangkat topik ‘Aksi dan Kolaborasi atasi Malnutrisi’.
Bersama Unilever Indonesia, ia bertekad akan berkolaborasi melakukan pendekatan edukatif pada keluarga yang memiliki risiko stunting sehingga kualitas gizi masyarakat dapat meningkat dan akhirnya mampu mempercepat upaya penurunan stunting.
Permasalahan stunting menjadi kian mengkhawatirkan di masa pandemi, kalau melihat fakta bahwa sebanyak 45% rumah tangga dengan anak merasa kesulitan untuk memenuhi makanan bergizi cukup bagi anak-anak mereka. Jika dibiarkan berlarut, UNICEF memprediksi jumlah anak stunting di Indonesia dapat meningkat hingga 31,8%, dan termasuk dalam kategori sangat tinggi.
Kolaborasi BKKBN melalui program Dapur Sehat Atasi Stunting (DASHAT) dengan program Nutrimenu akan dilakukan melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat di tingkat desa/kelurahan sebagai upaya pemenuhan gizi seimbang bagi keluarga berisiko stunting. Nantinya, kader DAHSAT akan dibekali inspirasi resep Nutrimenu dan edukasi mengenai pentingnya memasak serta mengonsumsi makanan bergizi seimbang sesuai panduan “Isi Piringku”, sehingga dapat disebarluaskan kepada seluruh target program, termasuk ibu hamil/menyusui.
Dokter Spesialis Gizi Klinik Diana F. Suganda dalam acara itu mengatakan, cakupan target kolaborasi ini sangat tepat karena malnutrisi yang mengancam kualitas tumbuh kembang anak salah satunya disebabkan oleh masih tingginya prevelansi malnutrisi pada ibu hamil. Mengingat masa emas pertumbuhan anak terhitung sejak 1.000 hari pertama, yaitu dari kandungan hingga berusia 2 tahun, ibu hamil harus teredukasi untuk mencukupi asupan makronutrien maupun mikronutrien, seperti iodium.
“Apalagi, asupan iodium seringkali masih dikesampingkan karena kebutuhan per harinya sangat kecil. Padahal, lebih dari sekadar mencegah penyakit gondok, iodium berperan besar bagi tumbuh kembang anak, termasuk dalam mencegah stunting,” kata Diana.
Head of Foods & Beverages PT Unilever Indonesia Ari Astuti menambahkan, berlandaskan strategi bisnis global perusahaan tempat ia bekerja, khususnya dalam hal upaya meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, pihaknya memiliki komitmen akan ‘pangan masa depan’ untuk menghadirkan produk makanan dan minuman lezat yang baik bagi masyarakat dan lingkungan. Sejalan dengan komitmen tersebut, gerakan pangan untuk masa depan diharapkan dapat menginspirasi keluarga Indonesia mengonsumsi hidangan dari bahan makanan dari sumber yang berkelanjutan, dan sesuai dengan pedoman ‘Isi Piringku’ yang digalakkan pemerintah. KI-08