Radicchio sudah tidak asing lagi bagi para chef. Dalam dunia kuliner, sayuran ini banyak digunakan sebagai salad.
Tekstur yang renyah, dan rasa yang khas, serta warnanya yang menarik kerap menjadinnya pilihan bagi para chef. Selain salad, radicchio juga banyak digunakan bersama pasta, kopi, dan strudel.
Radicchio juga sangat populer dalam dunia kuliner Italia. Dan seringkali, produk ini disajikan bersama olive oil. Bahkan ada pula radicchio yang disajikan dalam bentuk grilled. Tujuannya adalah untuk lebih “mengeluarkan” rasa dan flavor khas yang dimilikinya.
Dari segi gizi, radicchio memiliki keistimewaan dari kandungan antioksidan yang dimilikinya. Bahkan beberapa penelitian menunjukkan, bahwa aktivitas antioksidan radicchio setara dengan blueberry dan bayam.
Menurut nutritiondata.com, radicchio memiliki jumlah vitamin C, K, E, dan folat yang cukup signifikan, jumlahnya masing-masing adalah 3,2mg/40g, 102mcg/40g, 0,9 mg/40kg, dan 24mcg/40g. Sehingga tidak aneh, jika kombinasinya dengan olive oil, ditambah sayuran kaya antioksidan lainnya akan membuat menu yang cocok untuk mencegah penuaan dini, kanker, dan penyakit lainnya yang diakibatkan oleh radikal bebas. Namun, yang perlu diperhatikan, radicchio juga perlu dikombinasikan dengan pangan kaya serat. Sebab, kandungan serat pada Radicchio tidak terlalu tinggi.
Ayam Organik dengan Probio dan Herba
Kegemaran masyarakat mengonsumsi ayam telah menjadi peluang bisnis yang banyak menarik berbagai kalangan.
Bisnis berbasis ayam berkembang dengan pesatnya, tidak hanya di industri HOREKABA, tetapi juga industri pangan yang mengolah daging ayam menjadi berbagai macam produk, seperti nugget, bakso, spicy wing chicken, sosis, dan sebagainya. Munculnya produk-produk tersebut, menawarkan kepraktisan bagi rumah tangga dan chef-chef dalam mengkreasikan menunya. Tak aneh, jika banyak restoran dan hotel yang menjadikan ayam sebagai menu andalannya.
Beberapa restoran dalam negeri yang cukup terkenal dengan menu ayam sebagai andalannya, antara lain Ayam Bakar Taliwang dan Ayam Bakar Rahmawati. Sedangkan, franchise internasional yang juga menjual ayam sebagai menu andalannya antara lain KFC, McDonald, A&W, dan CFC. Belum lagi diramaikan oleh pedagang-pedagang kaki lima yang menjual pecel ayam.
Di tengah ramainya belantara bisnis ayam, setiap produsen dituntut untuk menyediakan produk/menu yang “beda dan unggul” di banding yang lain. Selain racikan bumbu, kualitas bahan baku ayam yang digunakan juga sangat penting. Biasanya, setiap restoran memiliki spesifikasi mutu masing-masing.
Berkaitan dengan bahan baku dan jenis ayam, beberapa waktu ini masyarakat dikenalkan dengan Probio Chicken. Menurut Christoper E. Jayanata, PT Pronic Indonesia, probio Chicken adalah ayam yang dalam pemeliharaannya tidak menggunakan antibiotik, hormon, dan disinfektan. Ayam tersebut dipelihara dengan menggunakan herba dan probiotik, baik dalam pakan dan air maupun pembersihan kandang. Perlakuan tersebut dikombinasikan dengan penerapan prinsip sanitasi dan higiene yang ketat. Setelah penyembelihan, juga diterapkan sistem rantai dingin untuk menjaga mutu selama perjalanan dan penyimpanan. “Ayam disimpan dalam kondisi chilled,” ujar Christoper. Dalam kondisi penyimpanan yang baik, ayam tersebut dapat disimpan hingga 10 hari. “Tapi kami merekomendasikan 5 hari,” tambah Christoper.
Walau sebagian besar Probio Chicken masih disalurkan melalui ritel modern, namun kini beberapa restoran telah menyediakan ayam jenis ini. “Bahkan ada seorang chef yang mengatakan, bahwa ketika dipotong dan dijadikan salad, Probio Chicken tidak perlu diberi jeruk nipis lagi karena tidak bau amis. Selain itu, kualitasnya sangat baik dan lebih gurih,” tutur Christoper. Keunggulan lain dari Probio Chicken adalah memiliki daging merah muda dengan serat halus, tidak ada darah sisa, dan sedikit sekali lemak. Bahkan, telah ada restoran yang mem-branding tempatnya sebagai penjual “Organic Chicken. Hal ini seiring dengan semakin populernya gerakan organik di Indonesia.
Untuk lebih membuktikan secara ilmiah kualitas “Probio Chicken, Christoper mengungkapkan bahwa pihaknya telah melakukan analisa di Balai Besar Industri Agro. “Selain kandungan lemaknya yang lebih rendah dan proteinnya yang lebih tinggi, kontaminasi bakteri pathogen seperti Salmonella dan E. coli juga terbukti negatif,” ujar Christoper.
Saat ini, sebagian besar Probio Chicken masih dijual utuh. Namun, ada sebagian kecil yang telah diolah menjadi nugget, katsu, tori, karaage, kani roll, dan siomay. Semakin bervariasinya produk Probio Chicken, tidak terlepas untuk semakin memperluas jangkauan produk tersebut. Apalagi anak-anak lebih menyukai produk seperti nugget. K-09