Edible flower merupakan bunga yang aman untuk dikonsumsi, saat ini edible flower banyak sekali digunakan dalam berbagai jenis makanan dan minuman, baik untuk garnish, salad, teh, maupun hiasan untuk kue tart dan tambahan rasa untuk es krim. Meskipun aman, penanaman untuk edible flower tidak boleh sembarangan, edible flower harus ditanam di tempat yang aman dan bebas dari polusi.
Selain itu, edible flower memiliki citarasa yang berbeda dari masing-masing jenisnya. Seperti Nasturtiums yang memiliki rasa cenderung pedas dan pepery, Chive Blossom (Bunga Kucai) yang memiliki rasa seperti bawang pada makanan. Bunga-bunga herbs seperti Sage, Basil, dan Thyme memiliki rasa yang mirip dengan daunnya. Sedangkan, bunga Violets dan bunga Petunia memiliki rasa yang manis sementara bunga Daisy dan Chrysanthemums dapat memiliki rasa yang pahit.
Penggunaan edible flower pada makanan dan minuman sebaiknya disesuaikan dengan rasa yang dibawa oleh bunga itu sendiri. hal tersebut disampaikan oleh Chef Eric dari Komunitas Aku Cinta Masakan Indonesia (ACMI) pada saat Pameran SIAL Interfood 2017 di JIEXPO, Kemayoran 22-25 November 2017 “Penggunaan edible flower harus disesuaikan dengan rasa dari bunga itu sendiri. Misalnya Nasturtiums yang merupakan famili dari tanaman rambat ini memiliki citarasa yang peppery, sehingga sangat pas sebagai garnish makanan yang savory. Beda halnya dengan Elder flower atau bunga dari pohon Elder (Sambucus) yang memiliki citarasa sweet yang cocok digunakan sebagai minuman seperti teh, sirup, dan jeli,” jelas Eric.
Meskipun aman namun, tidak semua jenis bunga dapat dikonsumsi. Beberapa jenis bunga yang terkenal seperti Foxglove, Lantana, Periwinkle (bunga Tapak dara), dan Marigold dilaporkan memiliki senyawa beracun yang berbahaya. Sehingga, untuk individu maupun pelaku di industri boga harus lebih berhati-hati dan lebih mengenali jenis dan macam dari edible flower.