Tahun 2011, bank dunia membuat laporan bahwa setelah tahun 2014, Indonesia akan menjadi masyarakat kelas menengah terbesar di ASEAN dengan populasi lebih dari 150 juta konsumen dimana 30 juta diantaranya kelas menengah keatas. Indonesia sebagai Negara kepulauan terbesar di dunia dengan 13.000 pulau, memiliki sumber daya alam lain seperti tanah yang sangat subur, curah hujan yang banyak dan iklim yang unik. Kekayaan alam inilah membuat Indonesia memiliki keragaman buah tropis yang sangat eksotik.
Hanya, dengan lahan yang semakin sempit dan mahal, membuat Indonesia tidak memiliki perkebunan komersial yang mampu menyuplai salah satu retailer dengan skala ekonomi yang lebih baik. Kebanyakan produksi buah di pulau Jawa datang dari petani yang kemampuan panen bervariasi mulai 100kg/minggu hingga 400-500kg/minggu. Bila dibutuhkan jumlah yang lebih besar maka muncul lah pengumpul buah dari beberapa puluh petani didaerah tertentu. Hal ini lah yang membuat buah tropis Indonesia mengalami dilematis yang sangat rentan.
Padahal konsumsi buah di Indonesia rata-rata mencapai lebih kurang 35kg/kapita, baru setengah dari jumlah minimum yang disarankan FAO yaitu 70kg/kapita. Negara lain di ASIA telah mencapai diatas 100kg/kapita. Dengan infrastruktur dan kebijakan yang baik, pasar buah segar ini bisa tumbuh diatas 100 trilyun pada tahun 2020. Yang dibutuhkan hanyalah jaminan berusaha yang aman dan pasti, kebijakan niaga yang berkawasan pertumbuhan ekonomi nasional dan dukungan kebijakan yang menciptakan sinergi antara petani, distribusi pasar, pengecer dan importer.
Contoh kasus pada buah mangga, Indonesia memiliki ratusan jenis varietas mangga dan Indonesia dikenal sebagai penghasil mangga nomor lima di dunia. Volume panen Indonesia pada tahun 2011 mencapai 2.129.608 ton namun yang berhasil diekspor hanya 1.485 ton atau hanya 0.07% dan mengimpor mangga 989 ton. Untuk mejadikan mangga sebagai salah satu kebanggaan nasional buah tropis Indonesia, dibutuhkan usaha terpadu untuk memperbaiki mutu mulai dari kebun hingga pasca panen, usaha distribusi yang efisien dan efektif serta pemasaran yang terpadu antara pengecer, pengusaha kafe, restoran hingga jasa katering.
Perkembangan industri ritel di Indonesia juga sangat agresif. Dari jumlah penduduk yang sangat besar, Indonesia masih menjadi daya tarik bagi pebisnis ritel local dan asing. Dengan income per kapita yang sedang tumbuh skitar US $ 3.542 akan menjadi peluang daya serap produk ritel. Tahun 2012 kementrian perdagangan mencatat perkiraan pembelian barang konsumsi mencapai Rp. 3.800 triliun dan impor barang konsumsi Rp 220 triliun. Agar bisa bersaing perlu dilakukan tertib aturan, nyaman dan ramah terhadap konsumen, promosi produk dalam negeri, menjunjung nilai budaya dan ramah lingkungan.
Pertumbuhan dan perkembangan industri ritel di Indonesia sangat bergantung pada situasi dan suplai produk hortikultura yang berkualitas. Hampir semua pasar swalayan di Indonesia mengusung tema kesegaran produk hortikultura. Pasar swalayan 30% hingga 50% penjualannya bergantung pada buah dan sayur.
Kementrian Industri Hortikultura Indonesia, tidak bisa hanya dilakukan lewat kebijakan pembatasan akses. Namun butuh promosi, pemberdayaan dan kolaborasi dengan stake holder dan konsumen. Itu lah mengapa sejak februari 2012 meluncurkan program konsorsium pemasaran nasional untuk menggenjot kinerja prestasi buah Nusantara dengan menciptakan sebuah brand Nusa Fresh yang diharapkan dalam 5 tahun kedepan akan mejadi sebuah brand nasional terkemuka di Indonesia. Adi