Kilas Kulinologi

Perkuat Ketahanan Pangan dan Gizi

 

Saat ini isu dunia tentang tingginya pertambahan penduduk menjadi topik yang hangat diperbincangkan. Tingginya angka pertambahan penduduk akan mengakibatkan kerawanan terhadap ketahanan pangan. Food and Agriculture Organization(FAO) memproyeksikan permintaan dan produksi pangan akan tumbuh sebesar 60% pada tahun 2050. Hal ini disebabkan dari tekanan demografis, seperti pertambahan jumlah penduduk global yang pesat, yang diperkirakan akan berjumlah lebih dari 9 miliar orang tahun 2050, dan urbanisasi, yang diperkiraan mencapai lebih dari70% akan tinggal di kota tahun 2050. selain itu dengan meningkatnya pendapatan, juga akan mengakibatkan perubahan pola konsumsi masyarakat. Hal tersebut mengemuka dalam Seminar Gizi Nasional, yang merupakan rangkaian acara Nutrition Fair 2012 yang dipelopori oleh Himpunan Mahasiswa Gizi Institut Pertanian Bogor (IPB), di Kampus Darmaga Bogor belum lama ini.

Permasalahan kerawanan ketahanan pangan bahkan sudah mulai saat ini. Akibat kerawanan pangan global yang terjadi saat ini terlihat dari permasalahan gizi yang yang marak terjadi sekarang ini, seperti 900 juta penduduk mengalami kelaparan, sebanyak 200 juta anak mengalami kekurangan gizi, 2 miliar orang mengalami kekurangan zat gizi mikro, bahkan semakin banyaknya terjadi peningkatan jumlah anak  anak dan dewasa yang mengalami kelebihan berat badan dan obesitas.

Berdasarkan sumber Riskesdas 2010, Indonesia memiliki kecenderungan berbagai permasalahan gizi seperti gizi kurang 17,9%, kurus 13.3%, gemuk 14,2% dan pendek mengalami proporsi terbesar yaitu 35,6%. Permasalahan gizi seperti kekurangan akan mennyebabkan banyak permasalahan seperti pertumbuhan yang tidak normal (stunting), berat bayi lahir rendah dan permasalahan daya tahan tubuh), permasalahan perkembangan kognitif, produktivitas rendah di masa yang akan datang, resiko kelainan metabolisme, diabetes tipe 2, stroke dan penyakit jantung saat dewasa, obesitas dan lain  lain.

Kejadian kelebihan berat badan dan kegemukan dengan IMT ? 25 paling banyak diderita oleh orang dengan usia 35  44 dengan proporsi 26,4%. Kebanyakan dari penderita kegemukan ini berasal dari kalangan perempuan, dengan tempet tinggal diperkotaan serta memiliki penghasilan yang tinggi.

Akibat kompleksnya permasalahan gizi yang terjadi ini menyebabkan keprihatinan dari berbagai pihak mulai dari pemerintah hingga pihak swasta. Para pemangku kepentingan harus bekerjasama untuk mewujudkan ketahanan pangan dan ketahanan gizi.
Salah satu yang telah melakukan langkah ini adalah Indofood Sukses Makmur, yang melakukan berbagai cara untuk membantu menangani permasalahan gizi ini melalui program Coorporate Social Responsibility (CSR). Seperti yang diuraikan oleh Stefanus Indrayana, General Manager of Coorporate Social Responsibility PT. Indofood Sukses Makmur, untuk mengatasi permasalahan gizi yang terjadi tidak bisa hanya dengan mengandalkan satu pihak saja, oleh karena itu setiap pihak harus saling mendukung dan bekerjasama.

Beberapa hal yang dilakukan oleh Indofood seperti symposium and workshop infant feeding practice yang bekerjasama dengan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), seminar untuk para bidan, tenaga penyuluh kesehatan dan kader posyandu yang bekerjasama dengan Ikatan Bidan Indonesia, Kepala Dinas Kesehatan Daerah dan Posyandu.K-35 (opi)

LEAVE A RESPONSE

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *