Mobilitas yang tinggi, kesibukan kerja, tugas yang banyak, membuat banyak orang cenderung mengabaikan pola hidup sehat. Padahal, faktor penentu utama keberlanjutan aktivitas nantinya adalah bagaimana seseorang dapat mengatur pola hidupnya sendiri, termasuk pola hidup sehat. Salah satu pola hidup sehat adalah membiasakan sarapan pagi.
Dalam “Healthy Breakfast Symposium” yang diselenggarakan oleh Pergizi Pangan dan Nestle pada 16 Juni lalu di Jakarta, Ketua Umum Pergizi Pangan Prof.Dr.Hardinsyah,MS mengatakan, informasi ikut berperan serta dalam memengaruhi perilaku seseorang. Apabila informasi yang diterima salah, maka perilaku sehari-hari juga akan salah. Sebaliknya, apabila informasi yang diterima benar, maka perilaku yang akan terbentuk juga benar. “Salah satu perilaku yang benar adalah gaya hidup sehat,” jelas Hardin. Oleh karena itu, dengan mengangkat tema “Start your day with nutritious with grain breakfast” Pergizi Pangan dan Nestle mengajak kaum akademisi, serta beberapa pihak lainnya untuk mulai membiasakan sarapan pagi sebelum beraktifitas.
Sarapan memang merupakan suatu hal yang sederhana dan mudah dikerjakan. Namun ternyata masih banyak orang yang tidak sarapan sebelum memulai aktivitasnya di pagi hari. Padahal sarapan penting untuk menjaga stamina di pagi hari, terutama bagi anak-anak. Makna sederhana sarapan, jelasnya adalah bagaimana seseorang menyelesaikan puasanya pada malam hari atau sore (to break the fast). Sarapan juga merupakan cadangan energi awal untuk beraktivitas. Dengan sarapan di pagi hari, keseimbangan homeostatis akan dicapai kembali.
Untuk bisa memenuhi asupan tubuh yang cukup, sarapan yang dikonsumsi juga harus merupakan makanan yang sehat. Hardin menjelaskan indikator sarapan yang sehat, yaitu mengandung zat gizi yang cukup, yakni memiliki sekitar 15-25% dari Recommended Dietary Allowance(RDA). Selain itu, makanan yang dikonsumsi juga harus cukup serat. Keberadaan serat ini bisa memperlambat konversi gula darah sehingga memperlambat rasa lapar.K-35 (nadya)