FOSHU pertama kali muncul di Jepang yang didasarkan pada studi skala besar melalui dukungan grant-aided national research project mulai 1984 hingga 1995. Berdasarkan data ilmiah yang terkumpul dari proyek tersebut, kemudian pada 1991 Jepang memperkenalkan sistem regulasi pangan fungsional yang pertama di dunia.
Dalam sistem tersebut produk yang memiliki bukti cukup terhadap manfaat kesehatan dapat diklaim sebagai FOSHU (food for special health uses). Sistem inilah yang secara internasional mempelopori munculnya statement klaim kesehatan pada label produk pangan.
Kelompok pertama yang disetujui untuk memberikan klaim FOSHU adalah produk dengan klaim memperbaiki komposisi flora saluran pencernaan. Produk dengan kandungan bakteri probiotik (strain tertentu dari Bifidobacterium dan Lactobacillus yang dapat hidup dalam saluran pencernaan manusia), prebiotik (sumber makanan probiotik), dan serat pangan adalah ingridien yang dapat digunakan meningkatkan bakteri ìbaikî dalam saluran pencernaan. Sejak produk pertama yang mendapat pengakuan FOSHU pada 1993, hingga 2011 telah terdapat hampir 970 item produk dengan klaim FOSHU.
Dan sebagian besar masih terkait dengan kesehatan saluran pencernaan. Pemerintah Jepang telah menetapkan skema proses pendaftaran agar produk pangan mendapat persetujuan sebagai FOSHU. Sejumlah persyaratan wajib dipenuhi oleh industri pangan yang ingin produknya masuk dalam kategori tersebut.
Beberapa persyaratannya antara lain: Efektivitas manfaatnya dalam tubuh manusia telah terbukti secara jelas, tidak ada masalah dengan isu keamanan -yang dibuktikan dengan berbagai pengujian, termasuk melalui uji toksisitas pada hewan, studi mengenai dampaknya jika dikonsumsi berlebihan, dan lainnya. Persyaratan berikutnya yakni tidak menimbulkan konsumsi yang berlebihan terhadap ingridien tertentu, mimiliki jaminan sesuai dengan spesifikasi produk selama waktu konsumsi, serta menerbitkan metode pengendalian dan pengawasan mutu selama penentuan spesifikasi produk, penentuan ingridien, proses, dan analisis. KI
Artikel selengkapnya tentang FOSHU dapat diakses di Kulinologi Indonesia edisi Oktober 2016