Ada banyak UMKM yang tumbuh selama masa pandemi. Menurut survey dari Lembaga riset pasar Ipsos, UMKM mendapat porsi pembelian tertinggi, baik sebelum dan selama pandemi.
Selama pandemi, mayoritas masyarakat Indonesia mengaku lebih memilih membeli produk UMKM melalui e-commerce (64%), media sosial (33%), aplikasi transportasi online (33%), minimarket atau toko tradisional (30%).
Namun sayang, ada beberapa masalah klasik yang dihadapi UMKM menurut Leonardo Theosabrata, Direktur SMESCO, dalam acara Media Gathering berjudul ‘SIap Dukung Jutaan UMKM, Flexypack Hadirkan Inovasi Kemasan Efektif dengan Harga Terjangkau’ secara daring pada 23/2/2022. Masalah tersebut di antaranya yakni kesulitan akses bahan baku, akses financing, akses pasar dan akses logistik. Kesulitan ini menjadikan UMKM sulit naik kelas. Salah satu yang bisa membantu UMKM naik kelas adalah kemasan. Kemasan yang bagus, baik, aman, dan menarik bisa mendukung produk UMKM agar naik kelas.
Menjawab hal tersebut Denny Winoto, CTO dan Co-Founder dari Flexypack menawarkan kemasan efektif dan cantik untuk mendukung nilai jual produk UMKM. Menurut Denny, tak sedikit produk UMKM yang dikemas seadanya, sehingga tidak menarik dan tidak menjual. Di lain sisi, UMKM hanya memiliki modal kecil, anggaran pas-pasan serta skala produksi yang rendah, sehingga untuk upgrade kemasan pun menjadi kendala. Hal tersebut karena untuk mencetak kemasan yang bagus seperti brand ternama biayanya mahal, jumlah pesan kemasan pun harus banyak serta produksi kemasannya lama. Untuk membantu meringankan masalah UMKM terkait kemasan, Flexypack menawarkan kemasan fleksibel berharga murah, berkualitas, dengan minimum order quantity yang rendah (mulai dari 100 pcs) serta produksi kemasan yang cepat (10-15 hari). Kemasan fleksibel dari Flexypack telah banyak digunakan UMKM berbagai sector, baik food dan non-food. Dengan begini, Denny berharap UMKM bisa segera naik kelas dan mampu bersaing dengan brand-brand ternama.
