Penemuan umami sebagai komponen rasa dasar kelima memang sangat penting bagi perkembangan kuliner global. Umami sering dipersepsikan sebagai meaty atau savory. Cita rasa umami yang secara alami terdapat dalam berbagai bahan pangan, seperti tomat, keju, susu, terasi, jamur, dan rumput laut.
Bumbu penghasil cita rasa umami juga sering ditambahakan ke dalam pangan untuk lebih memperkuat rasa. Salah satu BTP untuk menghasilkan rasa umami ialah Monosodium Glutamat (MSG). Komponen utama MSG tersusun oleh asam amino yang disebut asam glutamat.
Penambahan MSG dalam pangan rupanya memiliki banyak manfaat. “Berdasarkan dari berbagai penelitian, peran cita rasa enak dalam pangan ini antara lain dapat meningkatkan status gizi, meningkatkan asupan gizi, status kesehatan, dan memperpendek masa inap pasien,” terang Direktur SEAFAST Center IPB University, Prof. Nuri Andarwulan dalam Seminar Keamanan Pangan dan Bumbu Umami sebagai Bahan Tambahan Pangan (BTP) yang diselenggarakan oleh Kulinologi Indonesia dan Ajinomoto Indonesia di Akademi Pariwisata Indonesia (AKPINDO) pada 15 November 2019 lalu.
Sebuah studi yang dilakukan oleh para peneliti di Queen’s University Belfast, menemukan bahwa penembahan bumbu dan saus ke dalam makanan lansia, menghasilkan peningkatan signifikan pada asupan energi, protein, dan lemak dibandingkan dengan makanan tanpa penembahan bumbu dan saus.
Sejalan dengan penelitian tersebut, berdasarkan hasil penelitian Nuri dan tim tahun 2014, pasien yang mengonsumsi makanan yang ditambah bumbu dapat memenuhi kebutuhan protein, karbohidrat, lemak, dan zat gizi mikro yang lebih baik.
Nuri menuturkan, makanan di rumah sakit saat ini cenderung tidak enak, sehingga pasien sering tidak menghabiskan porsi yang disajikan. Padahal, makanan yang menyehatkan dan enak dapat mendukung pasien makan lebih baik. “Akibatnya asupan gizi menjadi lebih tercukupi dan dapat membantu proses penyembuhan, sehingga masa rawat inap dapat lebih singkat,” kata Nuri. KI 37