Dewasa ini isu sampah makanan atau food waste sangat santer terdengar, padahal di sisi lain juga banyak kasus kelaparan dan krisis pangan di berbagai belahan dunia. Sampah makanan tersebut jumlahnya tidak main-main, berdasarkan data dari FAO bahkan menyebutkan, sebanyak 1,3 triliun ton sampah atau limbah makanan terbuang setiap tahunnya di seluruh dunia atau hampir 30 persen dari total produksi pangan dunia terbuang percuma, baik saat proses produksi maupun di akhir rantai pangan. Terbuangnya bahan pangan sebelum sampai ke tangan konsumen ini disebut dengan food loss. Bahkan, Indonesia menempati peringkat kedua dengan kategori banyaknya limbah atau makanan yang terbuang.
Terdapat banyak faktor penyebab terjadinya food loss, salah satunya adalah tidak lolos penyortiran karena tidak sesuai dengan mutu yang diinginkan pasar, dan ini kasus yang banyak terjadi. Bahan baku yang tidak sesuai standar dan terbuang sebagai food loss sering disebut dengan ugly food. Walaupun sebenarnya masih dapat dikonsumsi, ugly food tersebut kurang diminati karena penampakannya yang tidak menarik dan akhirnya terbuang.
Penyebab produk ugly food tidak lolos penyortiran antara lain karena adanya memar, ukuran yang terlalu kecil ataupun terlalu besar, berbentuk aneh, dan segala bentuk ketidakseragaman lain. Namun jika ‘dipoles’ dengan teknologi termutakhir dan kemampuan memasarkan dengan baik, produk ugly food ini akan tetap laku di pasaran, walaupun dengan segmen pasar yang lebih spesifik.
Melihat fenomena tersebut, Food Sustainesia mengadakan suatu acara Food Venture dengan mengangkat tema “Quirky Outside, Quality Inside”. Acara ini sangat berguna terutama bagi kaum millenial agar lebih peduli tentang isu sampah makanan di area perkotaan, khususnya isu ugly food. Food venture ini diselenggarakan pada tanggal 3 Agustus 2019 lalu dan bertempat di Accelerice Indonesia, Jakarta. Dalam acara tersebut akan ada Food Talks Session bersama Bayu Khrisnamurthi, Ketua IPB SDGs Network; Albert Pramono, CEO Arumdalu Farm; dan WhisnuAfrianto, Co-Founder dari Tani Panen. Tidak hanya itu, terdapat pula Sensory Test Experiment dan Farm to Table Experience, dimana para peserta disuguhi makan siang berupa burger dengan patty yang terbuat dari tempe dan chips ubi ungu yang berasal dari hasil reject karena tergolong sebagai “ugly”. KI-37