Dari tahun ke tahun sejak 1989 keadaan fisik bangsa kita tidak mengalami perbaikan yang signifikan. Hal ini dicerminkan oleh mutu SDM balita yang menunjukkan besaran gizi buruk yang fluktuatif. Dari data Riset Kesehatan Dasar 2010 terungkap masih banyaknya anak balita kurang gizi (sekitar 17%) dan pendek (sekitar 35%).
Banyaknya anak balita penderita gizi kurang adalah merupakan tragedi bangsa. Kita semua mengetahui bahwa usia balita adalah usia keemasan bagi tumbuh kembang seorang anak. Kalau mereka kehilangan kesempatan untuk tumbuh dan berkembang dengan baik, maka mereka kelak tidak akan dapat menunjukkan performans fisik dan intelektual yang maksimal.
Unicef (2000) menyebutkan bahwa anak-anak Indonesia yang berusia 2 tahun ternyata berat badannya lebih rendah 2 kg dibandingkan anak-anak di negara-negara lain. Sementara itu tinggi badannya lebih pendek 5 cm. Kita tidak bisa menyatakan bahwa secara genetik bangsa Indonesia memang tergolong ras pendek. Pada dasarnya, kekurangan dari segi genetik dapat diperbaiki dengan asupan gizi yang memadai. Itulah sebabnya bangsa Jepang yang dulu disebut bangsa kate kini fisiknya telah tumbuh jauh lebih baik.
Peranan Kalsium
Apabila kita ingin memiliki tubuh dengan status fisik yang baik, maka tidak bisa lepas dari berapa banyak konsumsi kalsium sehari-hari. Pertumbuhan fisik memang bukan hanya karena faktor asupan kalsium, tetapi juga energi dan protein. Namun demikian, kalsium menjadi pendukung utama terbentuknya kerangka tubuh yang baik.
Di dalam tubuh manusia terdapat 1200 g kalsium dan 99% di antaranya terdapat dalam kerangka. Sebagian kalsium dikeluarkan secara rutin melalui urin, keringat dan feses. Sehari-hari kita memerlukan kalsium 800-1200 mg.
Pada usia anak-anak absorpsi kalsium dari makanan yang dimakan bisa mencapai 75%, dan pada saat dewasa absorpsinya hanya 20-40%. Itu sebabnya membiasakan konsumsi susu pada usia anak-anak menjadi sangat penting apabila kita menyadari bahwa kalsium yang terdapat dalam susu perlu untuk memperbaiki performans fisik anak.
Di negara maju seperti Amerika Serikat rata-rata konsumsi kalsium telah mencapai 743 mg, yang apabila dipisahkan menurut golongan umur maka tampaknya asupan pada anak (1179 mg) jauh lebih tinggi dibandingkan pada usia dewasa (530 mg). Sebagian besar sumber kalsium (440 mg) orang Amerika adalah pangan yang berasal dari dairy products (susu, keju, es krim dan lain-lain). Bandingkan dengan kontribusi susu dalam asupan kalsium orang Indonesia yang mungkin belum mencapai 50 mg.
Susu telah dikenal banyak orang sejak dulu. Prof Poorwo Soedarmo telah mensosialisasikan pentingnya minum susu dengan menciptakan slogan Empat Sehat Lima Sempurna. Kalau susu ditempatkan pada posisi terakhir dalam slogan tersebut mungkin didasari oleh alasan bahwa bangsa Indonesia di awal tahun 1950-an baru saja merdeka sehingga asupan pangan juga masih seadanya. Susu terasa sangat mewah pada saat itu. Di samping itu susu barangkali juga masih merupakan produk pangan yang langka.
Pro Kontra
Susu sebenarnya merupakan minuman yang bergizi, khususnya ditinjau dari segi kandungan kalsium (358 mg/gelas). Kandungan gizi lainnya adalah protein 8 g, lemak 9 g, dan energi 153 Kalori per gelas. Kalau ada orang berpantang susu karena takut gemuk atau khawatir dengan kandungan kolesterolnya, maka hal ini sungguh kurang tepat. Asupan 1 gelas susu sehari tidak akan menyebabkan kegemukan, sedangkan tentang kolesterol dapat dikatakan bahwa kolesterol susu tidak setinggi daging ataupun telur.
Sebagian orang setelah minum susu kemudian mengalami diare, maka mungkin orang tersebut menderita intoleransi laktosa. Bangsa kulit berwarna lebih sensitif untuk mengalami intoleransi laktosa. Namun apabila ekspose susu ini dilakukan terus menerus sejak usia dini sampai dewasa, maka sesungguhnya kita tidak perlu khawatir dengan kemungkinan terjadinya intoleransi laktosa.
Puncak pembentukan massa tulang berlangsung hingga usia 25 tahun. Hal ini menghendaki akan adanya asupan pangan sumber kalsium yang baik, antara lain susu. Sungguh tidak tepat bila asupan susu dihentikan di saat anak mencapai usia 5 tahun, dan setelah itu konsumsi susu tidak dibiasakan lagi dalam rumah tangga. Susu hendaknya diminum terus untuk mencegah dampak buruk kehilangan kalsium yang disebut osteoporosis.
Susu juga mempunyai manfaat lain yakni membantu tubuh beristirahat. Minum susu menjelang tidur malam sangat penting bagi orang-orang yang sering menderita masalah sulit tidur. Hal ini karena susu adalah sumber asam amino triptofan yang kemudian mendorong dihasilkannya melatonin dalam tubuh yang menyebabkan rasa kantuk.
Membiasakan minum susu bisa dimulai di tingkat rumah tangga dengan bersemboyan tiada hari tanpa susu. Sosialisasi kebiasaan minum susu seyogyanya didengungkan terus-menerus melalui posyandu, sekolah, dan pusat-pusat layanan kesehatan. Dengan demikian di saat hidup bangsa Indonesia semakin sejahtera, maka susu akan menjadi bagian pola pangan sehari-hari bagi keluarga yang ingin hidup sehat dan berkualitas.
Penulis :
Prof Dr Ir Ali Khomsan,
Guru Besar Departemen Gizi Masyarakat IPB