Sensory & Application

Aspartam, Diabetes, dan Gaya Hidup Sehat

Oleh: Ariane Putri Dewanto dan Indah Sanubari

Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, IPB.

Diabetes merupakan kondisi tubuh yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah  karena pankreas tidak mampu memproduksi insulin yang cukup, atau tubuh tidak mampu menggunakan insulin secara efektif, akibatnya terjadi peningkatan kadar gula darah (hiperglikemia). Insulin adalah hormon yang mengatur keseimbangan kadar gula darah. Gejala diabetes antara lain peningkatan dahaga dan rasa lapar, keinginan untuk buang air kecil secara terus menerus, serta penurunan berat badan. Penderita diabetes biasa disebut sebagai diabetik. Diabetes merupakan terbesar ke-3 dari jenis penyakit tidak menular yang berakhir pada kematian di Indonesia. Oleh karena itu, peningkatan prevalensi diabetes ini menyebabkan konsumen semakin bijak dalam mengonsumsi produk pangan yang mengandung gula. Banyak dari beberapa produk pangan menggunakan gula sebagai pemanis, seperti minuman ringan, selai, yogurt, snack, jeli dan sebagainya. Kandungan gula tersebut pada dasarnya akan diolah tubuh menjadi glukosa darah yang dapat digunakan sebagai energi kita. Namun, manakah dari sekian jenis pemanis yang dapat digunakan sebagai pengganti gula dan aman untuk dikonsumsi?

Pemanis dapat dikelompokkan menjadi pemanis alami dan pemanis buatan (sintetis). Pemanis alami biasanya berasal dari tanaman. Sedangkan pemanis buatan (sintetis) merupakan bahan tambahan pangan yang dapat menghasilkan rasa manis dengan intensitas 30 sampai 30.000 kali melebihi gula pasir pada umumnya, serta memiliki kalori rendah maupun nol kalori. Kuatnya intensitas rasa manis yang dihasilkan menyebabkan pemanis buatan hanya dibutuhkan dalam jumlah minimal dengan dosis ADI (Acceptable Daily Intake) atau dosis harian suatu zat yang dapat dikonsumsi tiap kilogram berat badan selama seumur hidup tanpa menimbulkan resiko pada tubuh.1 Pemanis buatan seringkali menjadi preferensi untuk menggantikan gula yang beredar di masyarakat karena harganya yang lebih murah.Salah satu pemanis buatan yang sering digunakan pada produk minuman ringan, permen karet bebas gula, hingga multivitamin di Indonesia adalah aspartam. Aspartam tergolong sebagai pemanis buatan berkalori rendah yaitu 0,4 kcal/gram atau 1,67 kJ/gram. Intensitas rasa manis aspartam dapat mencapai 60 hingga 220 kali lebih manis dari gula pada umumnya yaitu sukrosa. Aspartam memiliki nama dagang komersial seperti Equal, Nutrasweet, dan Canderel.

Regulasi penggunaan pemanis buatan berdasarkan standar internasional telah dilakukan oleh JECFA – Joint FAO/WHO Expert Committee on Food Additives, yang merupakan komite para pakar FAO/WHO bidang pangan dan kesehatan yang bertugas mengevaluasi keamanan Bahan Tambahan Pangan, memberikan pertimbangan, menyimpulkan, dan merekomendasikannya kepada CAC. CAC – Codex Alimentarius Commission adalah Badan FAO/WHO yang membuat keputusan dan peraturan tentang Bahan Tambahan Pangan yang telah direkomendasikan JECFA. Dosis asupan harian aspartam yang dapat diterima oleh tubuh manusia berdasarkan regulasi yang ditetapkan yaitu 50 mg/kg berat badan. Artinya, apabila berat badan mencapai 50 kg, maka dalam sehari tidak dianjurkan untuk mengonsumsi lebih dari 2.500 mg atau 2.5 g aspartam2. Di Indonesia, penggunaan aspartam telah diizinkan dalam peraturan Menteri Kesehatan RI no 722/Menkes/Per/IX/1998 tentang Bahan Tambahan Pangan.

Penggunaan aspartam dikatakan aman untuk semua orang, termasuk wanita hamil dan anak-anak selama konsumsi tidak melebihi batas ADI yang dianjurkan. Konsumen tidak perlu bereaksi berlebihan terhadap hoax aspartam yang berbahaya, karena aspartam aman untuk dikonsumsi berdasarkan keputusan Codex stan 192-1995 Rev. 10 tahun 2009. Penggunaan aspartam hanya dilarang untuk orang yang menderita fenilketonuria, yaitu penyakit kelainan metabolisme tubuh akibat tubuh kekurangan enzim untuk mencerna salah satu asam amino esensial, yaitu fenilalanin yang merupakan salah satu komponen pada aspartam. Asam amino esensial sendiri diperlukan oleh tubuh untuk pertumbuhan, regenerasi, pengurai makanan, dan sebagai energi tubuh yang dapat diperoleh dari asupan makanan sehari-hari karena tidak dapat diproduksi oleh tubuh manusia. Keuntungan aspartam adalah memiliki kalori rendah, citarasa manis mirip gula, tidak menimbulkan aftertaste pahit, dan tidak menyebabkan naiknya kadar gula darah pada diabetik. Pendapat tersebut didukung oleh American Diabetes Associationyang menyatakan tidak ada hubungan antara aspartam dengan masalah kesehatan diabetik.

Edukasi terkait pemanis buatan sangat diperlukan agar tidak menimbulkan dugaan yang tidak benar. Hal ini tentunya diiringi dengan melakukan pola hidup sehat. Secara umum, pola hidup sehat terdiri dari berolahraga secara teratur, istirahat yang cukup, konsumsi pangan bernutrisi tinggi, rendah lemak, dan rendah atau cukup kalori. Sesungguhnya, pola makan sehat itu disarankan untuk semua orang, bukan hanya mereka yang menderita penyakit tertentu saja. Namun, bagi para diabetik harus lebih cermat terhadap kesehatan dengan mengombinasikan pola makan atau diet dengan tepat sehingga gula darah dapat dikontrol. Hingga saat ini, EFSA (lembaga keamanan makanan Eropa), FDA (Food and Drug Administration), maupun BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) belum mengubah peraturan mengenai penggunaan aspartam, sehingga dapat disimpulkan aspartam aman dikonsumsi, terlebih bagi para diabetik. Pemanis aspartam sendiri terbukti aman bagi penderita diabetes karena kalorinya yang rendah, tidak berefek meningkatkan gula darah, dan rasa yang lebih manis dengan penggunaan sedikit dibandingkan pemanis buatan lain.

References

Shastry CS, Yatheesh CK, Aswathanarayana BJ. 2012. Comparative evaluation of diabetogenic and mutagenic potential of artificial sweeetners – aspartame, acesulfame-K, and sucralose. Nitte University Journal of Health Science. 2 (3): 80-1.

Butchko, et al. 2002. Aspartame: review of safety endocrine evaluations with aspartame. USA : Elsevier Science.

LEAVE A RESPONSE

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *