Jauh dari hingar bingar kehidupan kota, tempat ini memang cocok sebagai tempat pelepas stress. Puncak Pass Resort Restaurant berada di perbatasan Cianjur dan Kabupaten Bogor, letaknya tepat berada di jalur Bopuncur (Bogor-Puncak-Cianjur), yakni di kilometer 90. Resort seluas 5,5 hektar ini memiliki 34 bungalow dan 5 kamar dengan standar pelayanan kamar sekelas hotel bintang lima.
Restoran yang menyatu dengan hotel ini layak dijadikan tempat untuk memuaskan perut, setelah kunjungan wisata Anda di sekitar puncak dan Cianjur. Puncak Pass Resort memiliki 5 buah restoran yakni Cemara, Waringin, Meranti, Cendana, dan Saguling yang di-manage oleh satu dapur alias central kitchen. Central kitchen ini bertugas memasok makanan yang di-order oleh kelima restoran yang berkapasitas total hingga 300 seat ini, “setiap hari (regular) kitchen hanya bertugas melayani 2 resto saja, yakni Cemara dan Waringin, karena Cendana dan Meranti dibuka hanya jika ada acara khusus, sedangkan Saguling sedang mengalami renovasi untuk menambah kenyamanan pelanggan,” jelas Doddy Soenandar, F & B Manager Puncak Pass Resort.
Kesan jadul alias jaman dahulu dan tua terlihat jelas ketika memasuki lobby resort ini. Desain bangunan hingga material bangunan tak ada yang dirubah sejak didirikan oleh Belanda tahun 1928 lalu. “Semua masih sama, tidak ada yang dirubah bangunannya,” jelas Joko Haryono, General Manager Puncak Pass Resort. Begitu juga dengan bentuk bangunan restorannya, semuanya sama. Konsep heritage pun diusung oleh resto. Menu heritage, khas dan favorit dari negara Belanda ditawarkan dan menjadi favorit di resto ini, seperti poffertjes, pannekoek, dan bitter ballen. Dijelaskan oleh Doddy, yang dimaksud dengan menu heritage adalah makanan yang dari tahun 28 itu dipertahankan mulai dari resep ukuran, serta tampilannya, tidak dirubah sama sekali.
Menurut Wahyu Hartadi, Executive Chef Puncak Pass Resort Restaurant (PPRR), poffertjes paling banyak dicari, ketika ditanya apa perbedaan poffertjes yang disajikan disini dengan di tempat lain, beliau dengan bangga menjawab, “ukurannya!”. Memang jika diperhatikan, poffertjes keluaran PPRR ukurannya lebih besar 2x lipat dari biasanya, “biar kesannya wow dan puas,” tambah Chef Wahyu. Menu heritage lain yang menjadi andalah adalah beef steak tempo doeloe dengan menggunakan daging lokal yang grill, serta hot stone steak yakni steak tenderloin yang disajikan dalam suatu wadah yang terbuat dari batu vulkanik.� Hot stone terdiri dari 1 unit stone (batu), 1 besi alas stone, 1 papan alas, dan 3 buah keramik saus, karena hot stone steak ini disajikan dengan 3 saus yakni saus barbeque, mustard, dan maitre d‘ hotel yakni saus yang terdiri dari campuran butter, garlic, chop parsley, dan elvy sauce. Sajian lain yang tak kalah lezatnya yakni tenggiri asam pedas, dan ayam goreng khas PPRR. Minuman hangat selalu menjadi favorit di tempat yang dingin, bandrek atau bajigur bisa menjadi pilihan yang tepat untuk menemani waktu makan Anda. Harga yang dibanderol resto ini bisa dibilang cukup mahal bila dibandingkan dengan resto lain sekitar Bopuncur, “karena kami meyasar konsumen menengah ke atas, karena sajian yang kami tawarkan bisa dibilang cukup berkelas” jelas Doddy.
Sebagai chef yang telah berkecimpung di dunia kuliner lebih dari 20 tahun, Chef Wahyu tahu betul bagaimana menjaga kualitas dari masakannya. Mulai dari bahan baku yang dia pilih dan beli dengan selektif hingga proses penyimpanan dan pengolahan yang berstandar, meskipun belum secara resmi distandarkan, “saya berusaha untuk menerapkan prinsip-prinsip HACCP mulai dari pemilihan bahan baku, pengolahan, hingga kebersihan personal,” tutur chef jebolan The Dharmawangsa Hotel ini. fb.yunita.