Sensory & Application

Kenali Karakter Minyak yang Anda Gunakan

Saat ini, banyak sekali promosi berbagai macam cooking oil. Mana yang dipilih?

Jika sebelumnya, konsumen Indonesia hanya familiar dengan minyak sawit (palm oil), kini di pasaran juga sudah mulai dikenal jenis minyak lain seperti minyak canola, olive (zaitun), kedelai, jagung, dan sebagainya.

Berbagai macam jenis minyak tersebut ditawarkan dengan keunggulannya masing-masing. Manfaatnya bagi kesehatan adalah klaim yang paling banyak digunakan agar menarik minat konsumen, termasuk chef di dalamnya.

Namun, sayangnya promosi tersebut seringkali menimbulkan persepsi negatif terhadap minyak lainnya. Kampanye dagang negatif atau strategi promosi yang tidak dibekali pengetahuan yang mendalam, mengakibatkan kesalahpahaman dibenak konsumen.

Memang benar, setiap minyak tersebut memiliki keunggulan tersendiri. Namun juga harus disadari, bahwa juga tidak ada minyak yang unggul dalam segala hal. Semuanya memiliki karakteristik masing-masing, baik yang dapat menjadi keunggulan maupun kerugian. Proses pengolahan akan sangat menentukan positif atau negatifnya suatu minyak.

Polyunsaturated fatty acid (PUFA), terutama asam alfa linoleic acid (ALA), sering dijadikan sebagai “keunggulan” yang ditawarkan oleh produsen vegetable oil seperti minyak bunga matahari, jagung, kedelai, dan biji kapas. Asam lemak tersebut dapat meningkatkan kolesterol baik (HDL) dalam tubuh.

Namun, yang patut diperhatikan, minyak yang mengandung PUFA bukanlah minyak yang tahan terhadap suhu tinggi. Pada saat digoreng pada suhu tinggi (apalagi dalam udara tebuka), minyak tersebut akan menghasilkan komponen toksik, turunan aldehid. Minyak dengan PUFA tinggi akan lebih cepat rusak dibandingkan minyak yang lebih banyak mengandung saturated atau monounsaturated fatty acid.

Faktor lain yang perlu diperhatikan berkaitan dengan suhu penggorengan adalah titik asap (smoke point). Peningkatan asam lemak bebas dalam minyak, akan menurunkan titik asam dan membuat minyak menjadi tidak stabil. Alasan inilah yang menyebabkan olive oil tidak direkomendasikan untuk tidak digunakan dalam proses penggorengan bersuhu tinggi. Olive oil memiliki titik asap yang rendah.

Stabilitas minyak sangat penting, bukan hanya berkaitan dengan kesehatan, tetapi juga akan mempengaruhi rasa. Oksidasi yang disebabkan oleh radikal bebas akan menyebabkan minyak menjadi tengik dan mempengaruhi aroma serta rasa makanan secara keseluruhan.

Bagaimana dengan minyak sawit?

Malaysia dan Indonesia merupakan Negara penghasil minyak sawit terbesar di dunia.
Secara alami, minyak sawit memiliki kandungan monounsaturated dan saturated fatty acid yang seimbang. Oleh sebab itulah, minyak sawit sangat handal untuk pemanasan bersuhu tinggi dan untuk karakter masyarakat yang suka menggoreng berulang.

Uraian singkat tersebut dapat menjadi panduan bagi para chef dalam memilih minyak goreng. Jika akan menumis atau menjadikannya sebagai salad, maka dapat dipilih minyak biji matahari, olive, ataupun kedelai. Sedangkan, jika menggoreng dengan menggunakan suhu tinggi, sebaiknya menggunakan minyak sawit yang lebih stabil. K-09

LEAVE A RESPONSE

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *