Neuropati merupakan kumpulan gejala-gejala akibat kerusakan saraf. Penyakit ini banyak menyerang orang berusia 40 tahun ke atas meskipun semua usia dapat terkena penyakit ini. Ahli saraf Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Manfaluthy Hakim menyebutkan, sebanyak 1 dari 4 orang berusia 40 tahun ke atas beresiko terkena neuropati. “Angka prevalensi tersebut meningkat menjadi 1 dari 2 pada penderita diabetes,” kata Luthy di sela-sela acara buka puasa bersama para jurnalis di Jakarta pada 16 Juli lalu. Lebih jauh ia memaparkan, neuropati ditandai dengan gejala seperti kram dan kesemutan.
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah neuropati. Luthy menyarankan untuk melakukan kebiasaan hidup sehat dengan memperhatikan asupan zat gizi yang seimbang, cukup istirahat dan cukup olah raga. “Makanlah makanan yang mengandung vitamin neurotropik yang terdiri dari vitamin B1, B6, dan B12. Vitamin ini banyak terdapat pada beras tumbuk, beragam sayuran, telur, dan daging,” katanya. Ketiga vitamin yang terkandung dalam berbagai makanan tersebut berfungsi untuk meningkatkan kemampuan regenerasi sel saraf dan menormalkan fungsi sel saraf,”ujar Luthy. Ia juga menyarankan untuk menghindari konsumsi alkohol karena minuman keras tersebut dapat menghambat penyerapan vitamin B oleh tubuh.
Memasuki bulan puasa, tubuh seseorang yang menjalaninya mendapat kesempatan untuk melakukan detoksifikasi. Detoksifikasi akan menyebabkan penurunan radikal bebas pada tubuh, sehingga kerusakan sel termasuk kerusakan sel saraf akan menurun. Selain itu, puasa juga mengalihkan penggunaan sumber energi dari glukosa menjadi lemak. “Hasil metabolisme pada lemak tidak menimbulkan efek yang negatif terhadap saraf dan otot, berbeda dengan hasil metabolisme gula yang berefek negatif,” tandas Manfaluthy. hesti