Peranan gula sebagai pemanis tentunya sangat besar. Jika berbicara soal gula, pemanis yang biasa dikonsumsi sehari-hari ini, namanya sukrosa. Sebenarnya keluarga gula tak hanya sukrosa, ada glukosa, galaktosa, rafinosa, dan lain-lain, tetapi yang paling banyak digunakan di rumah tanggga adalah sukrosa. Sukrosa merupakan gula sederhana yang mudah diserap dalam tubuh dan menghasikan energi 4 Kal/g. Konsumsi sukrosa yang berlebihan berpotensi menyebabkan kegemukan, bahkan bagi para penderita diabetes, dapat meningkatkan konsentrasi gula darah dengan cepat.
Walaupun sering menuai kontroversi, penggunaan pemanis rendah kalori (bahkan zero calorie) terus berkibar. Selain sukrosa, banyak pemanis buatan yang beredar di pasaran. BPOM melalui SK Kepala POM RI No. HK.00.05.5.1.4547 tentang Persyaratan Penggunaan Bahan Tambahan Pangan (BTP) Pemanis Buatan dalam Produk Pangan menetapkan 13 jenis pemanis buatan yang diijinkan penggunaannya untuk jenis pangan tertentu, dengan batas penggunaan maksimum yang telah ditetapkan.
Berikut adalah beberapa jenis pemanis buatan yang diijinkan BPOM, yang sering ditemui di industri pangan pada umumnya.
- Aspartam
Pemanis ini memiliki tingkat kemanisan mencapi 200 kali diatas sukrosa. Akibatnya bisa digunakan sedikit bila dibandingkan sukrosa. Di pasaran aspartam (dicampur dengan sorbitol) banyak ditemukan sebagai alternatif gula meja pengganti sukrosa.
- Siklamat
Pemanis ini merupakan satu-satunya yang berasal dari sukrosa. Tingkat kemanisannya 600 kali sukrosa dan rasanya sangat mirip gula (sukrosa). Selain itu, pemanis buatan ini tidak memilki after taste.
- Sorbitol
Pemanis ini merupakan gula alkohol. Biasanya dikombinasikan dengan aspartam sebagai gula meja. Hal ini dikarenakan, sorbitol hanya memiliki tingkat kemanisan relatif 50-70% dibawah sukrosa. Namun karena kandungan kalorinya lebih rendah, yakni berkisar 2,6 kal/g, pemanis ini cukup banyak dilirik.
- Sakarin
Sakarin memilki sejarah yang panjang dalam perjalanan inovasi dan regulasi pemanis rendah kalori. Sempat dilarang penggunaannya oleh FDA (BPOM-nya Amerika Serikat), tetapi kemudian larangan itu dicabut. Sakarin banyak digunakan oleh produsen chewing gum, soft drink, buah kaleng, salad dressing, dan sebagainya.