Dalam lima tahun ke depan, Pemerintah bertekad mendongkrak konsumsi telur dan daging ayam hingga dua kali lipat. Jumlah konsumsi daging ayam yang sekarang sekitar 7 kg/kapita/tahun ditargetkan menjadi 15 kg/kapita/tahun, dan tingkat konsumsi telur dari 86 butir/kapita/tahun dinaikkan menjadi 180 butir per kapita per tahun.
Mencermati tekad pemerintah tersebut, Sekretaris Jenderal National Meat Processor Association (NAMPA) Donatus Hartono, mengatakan ada dua penyebab terjadinya gejolak harga pada ayam. Pertama, ada pada DOC yang jumlah umurnya hanya sehari sehingga jika stok berlebih akan menyebabkan harga turun, sedangkan jika stok sedang kurang, harga bisa melambung tinggi. Stok yang naik turun ini juga karena ada faktor bulan baik dan bulan buruk bagi peternak. Penyebab kedua adalah live chicken atau ayam hidup yang begitu dikeluarkan harus langsung dipotong dan dijual hari itu juga sehingga strategi supply chain dan distribusi harus benar.
Terkait dengan masalah ini, diperlukan suatu desain dan fasilitas khusus agar ayam dapat tetap dapat dipasarkan. “Sebenarnya masalah tersebut dapat diatasi dengan pemotongan dan disimpan dengan beku,” jelas Donatus dalam diskusi Indonesia Poultry Club di Jakarta pada akhir Januari lalu. Ia menyebutkan bahwa daging ayam beku merupakan solusi yang paling baik yang dapat ditawarkan saat ini. Ketika terjadi harga melambung tinggi, maka dapat frozen chicken bisa dikeluarkan agar bisa menekan harga sehingga tidak terjadi fluktuasi harga.
Persoalannya, tambah Donatus, masyarakat masih belum bisa benar-benar menerima ayam beku. Masyarakat banyak yang belum bisa menelaah tentang sisi positif frozen chicken ini. “Padahal di negara-negara maju, ayam beku ini memang sudah banyak juga dipasarkan untuk penduduk kelas menengah dengan pendapatan rendah,” papar Donatus. Hal ini merupakan tantangan baru bagi pemerintah maupun para praktisi bisnis. Pasalnya, solusi frozen chicken ini tidak akan memberikan dampak jika masyarakat belum bisa menerimanya. Diperlukan suatu program pendukung atau kampanye untuk mempromosikan frozen chicken. “Masyarakat harus diberi pengertian bahwa frozen chicken bukan berarti lebih buruk daripada ayam segar karena frozen chicken juga masih memiliki kandungan gizi khususnya proten yang diperlukan oleh tubuh,”urainya.
Solusi lain untuk melipatgandakan konsumsi telur dan daging ayam adalah dengan memicu peningkatan pendapatan penduduk, sehingga sebagian besar pendapatan masyarakat Indonesia mencapai Rp 400.000,00/kapita/bulan. Dengan peningkatan pendapatan diharapkan daya beli masyarakat akan meningkat. Tanpa pendapatan yang cukup, akan sangat sulit bagi masyarakat untuk membelanjakan pendapatannya untuk produk protein hewani asal unggas ini.
Pemikiran Donatus ini harus didukung pula dengan program lain berupa penjelasan pada masyarakat dalam mengatur pengeluaran dari pendapatannya yang telah meningkat tersebut. “Jangan sampai kenaikan pendapatan penduduk ini dikeluarkan untuk kepentingan lain, sehingga penting juga untuk melakukan kampanye gizi kepada penduduk,”pungkas Donatus Hartono.K-35 (azni)