Kemampuan seorang chef dalam mengolah dan menata masakan yang lezat memang tidak diragukan lagi. Keahliannya dalam seni kuliner dapat menggugah selera makan banyak orang. Namun sayangnya, untuk menikmati kreasi rasa seorang chef, konsumen harus mendatangi restoran atau hotel yang tidak jarang berharga cukup mahal.
Sebuah inovasi yang melibatkan chef dalam pengembangan produk baru, telah memungkinkan konsumen untuk dapat merasakan kelezatan racikan menu yang dikreasikan langsung oleh chef. Adalah Firmenich yang mendidik seorang chef, sehingga memiliki pengetahuan ilmu pangan yang mumpuni. Chef yang mendapatkan pendidikan ilmu pangan tersebut mendapat gelar TechnoChef?.
Kemampuan kuliner seorang chef dilengkapi dengan ilmu pangan menyebabkan peluang pengembangan produk baru dengan melibatkan seorang chef menjadi terbuka. Saat ini terdapat 10 TechnoChef? di dunia. Ke-10 TechnoChef? tersebut di bawah payung Firmenich telah secara aktif ikut terlibat dalam mengeksplorasi seni kuliner ke skala industri.
Kompetensi Firmenich dalam dunia flavor dikombinasikan dengan kemampuan seorang chef dalam mengolah masakan, berhasil menghasilkan flavor-flavor baru yang sangat diminati oleh konsumen. Seorang TechnoChef? bebas berkreasi karena tren memang seringkali muncul dari tangan mereka. Ide-ide kreatif ini tentunya disesuaikan dengan selera dan permintaan konsumen. Masakan yang dikreasikan tersebut dengan mudah ditranslasikan ke dalam flavor untuk kemudian diaplikasikan ke skala industri. Kerja sama yang erat antara seorang TechnoChef? dengan flavorist dan ahli teknologi pangan akan sangat membantu kesuksesan translasi tersebut. Hasil dari kerja sama tersebut menghasilkan apa yang Firmenich sebut dengan CulinaryPrint?. Peranan TechnoChef? di Indonesia mulai diperkenalkan oleh Firmenich bekerja sama dengan PT Indesso Aroma. Kerja sama tersebut menghasilkan Culinaroma yang menggabungkan kompetensi dua perusahaan tersebut.
Dalam workshop beberapa waktu yang lalu, TechnoChef? Andrew Yip dari Firmenich Singapura, mengajak industri pangan Indonesia menjelajah cita rasa kekayaan kuliner terinspirasi oleh Firmenich TRENZ?. TRENZ? menginterpretasi keadaan socio-economic dalam dan luar negeri dan menggali ide-ide relevan yang sekiranya dapat menawarkan pengalaman sensori yang unik bagi konsumen. Andrew Yip mendemokan masakan dengan cita rasa khas seperti Hot Oceano yang mendatangkan sensasi seafood dengan sentuhan paprika, rempah serta tomat segar. Cita rasa flavor tersebut kemudian ditranslasikan oleh Andrew Yip yang berkolaborasi dengan tim Culinaroma yang terdiri dari Bernadette Widiastuti, Savory Product Development Manager PT Indesso Aroma dan Appy Ariessetiawati, Flavorist PT Firmenich Indonesia, untuk dijadikan flavor yang siap digunakan pada produk snack. Menurut Andrew, jenis snack berperan penting dalam menentukan cita rasa produk akhir. ?Snack dengan bentuk ball akan menyerap bumbu flavor lebih banyak, dibanding snack yang memiliki tekstur dan pori yang lebih rapat,? ujar Andrew.
Snack dengan cita rasa Hot Oceano tersebut merupakan salah satu contoh sukses translasi masakan ke dalam sebuah flavor. Selain Hot Oceano, sebenarnya masih banyak masakan autentik lainnya yang ditawarkan, misalnya Buffalo on Fire, Tropical Cheese, Exotic Spicy Chicken dan yang lainnya. Selain snack, contoh lain dari kesuksesan translasi ?from dish to flavor? adalah mi instan. Kini di pasaran telah banyak ditemukan mi instan dengan berbagai macam rasa autentik, seperti Kari, Soto, Baso dan lain sebagainya. Selain snack dan mi instan, translasi ini dapat juga dilakukan untuk produk tepung bumbu, bumbu kaldu, daging olahan dan saos. Jika di Indonesia, keterlibatan seorang chef dalam pengembangan produk skala industri masih tergolong baru, namun tidak demikian di negara lain. Beberapa industri pangan besar dunia telah mengaplikasikan konsep kulinologi dalam departemen R&D-nya. Pengembangan konsep ini sangat penting di tengah semakin padatnya produk pangan di pasaran. Konsumen akan semakin mencari produk bercita rasa khas yang lezat. Dan disinilah peranan chef diperlukan. TechnoChef? menjawab dan mengakomodasi kebutuhan tersebut. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah, konsep tersebut juga dapat mengembangkan potensi kuliner nusantara. Sebab dengan network yang dimiliki, para chef tersebut memiliki ?local knowledge with global reach?. Hendry Noer F