Tempe sebagai warisan budaya bangsa telah diakui oleh dunia. Hal tersebut diungkapkan oleh Prof. Rizal Syarief, Ketua Forum Tempe Indonesia dan juga Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) beberapa waktu lalu dalam Seminar Tempe di Jakarta.
“Hal ini dibuktikan, bahwa dalam bahasa apapun, tempe tetaplah tempe. Dan Indonesia memiliki variasi dan aneka jenis tempe, yang berbeda antara satu daerah dengan daerah lainnya,” kata Rizal. Lebih lanjut Rizal mengatakan, bahwa proses pengolahan tempe yang melibatkan mikroba seperti Rhizopus dan Aspergillus, merupakan salah satu bentuk bioteknologi tertua.
Dalam kesempatan yang sama Prof. Made Astawan, ahli gizi dari IPB menyebutkan bahwa tempe dan tahu sebagai makanan berbasis kedelai, memiliki kadar isoflavon yang cukup tinggi. “Bahkan lebih tinggi dibandingkan susu kedelai,” ujar Made. Selain itu, Made menambahkan bahwa adanya fermentasi dapat meningkatkan kualitas protein -sehingga lebih mudah dicerna. “Beberapa jenis vitamin pun akan meningkat jumlahnya,” lanjut Made.
Dengan berbagai keunggulan yang dimilikinya, sudah saatnya tempe lebih dimanfaatkan secara optimal. Tempe -dan juga tahu, dapat dikreasikan dalam berbagai jenis masakan secara lezat dan sehat. K-09