Kenali ciri dan penyebab susu bermasalah, agar Anda bisa terhindar dari kemungkinan timbulnya efek negatif susu.
Heboh pencemaran susu di Cina yang diberi tambahan melamin dengan tujuan seolah-olah ingin ‘mendongkrak’ kandungan protein di dalam susu, di akhir tahun 2008 lalu, berimbas juga pada kekhawatiran dalam penggunaan bahan berbasis susu.
Meski pihak berwenang di Indonesia meyakinkan bahwa susu hasil produksi dalam negeri (Indonesia) dipastikan aman. Rasa kekhawatiran tetap saja ada.
Pentingnya susu
Dari sudut kesehatan, susu mengandung zat gizi yang penting untuk tubuh. Susu mengandung protein, lemak, laktosa, mineral, vitamin, dan sejumlah enzim. Kandungan protein, kalsium, dan mineral di dalamnya, penting untuk proses pembentukan tulang, gigi, dan otot. Susu berkhasiat pula mengatasi insomnia dan gangguan pencernaan.
Susu dari hasil pemerahan hewan sapi betina adalah yang paling banyak dikonsumsi. Meski susu punya segudang khasiat karena mengandung gizi yang prima, bukan berarti susu tidak bisa mendatangkan penyakit. Jika tidak ditangani dengan tepat, susu justru menimbulkan masalah. Kontaminasi susu bisa berasal dari hewan dan atau kotoran, peralatan pemerahan yang tidak higienis, ruang penyimpanan yang kurang bersih akibat debu, udara, atau lalat, hingga penanganan yang tidak higienis oleh manusia.
Faktor pertama penyebab kerusakan susu adalah mikroba.
SNI (Standar Nasional Indonesia 01- 6366 tahun 2000) mensyaratkan ambang batas cemaran mikroba yang maksimum di dalam susu adalah 3 x 104 CFU/g.
Mikroba patogen yang umum mencemari susu adalah E. coli. SNI mensyaratkan bakteri E. coli tidak terdapat dalam susu dan produk olahannya.
Selain E.coli, beberapa bakteri patogen yang umum mencemari susu segar adalah Brucella sp., Bacillus cereus, Campylobacter sp., Listeria monocytogenes, Salmonella sp., dan Staphylococcus aureus.
Susu segar perlu mendapat penanganan yang tepat dan benar, antara lain dengan melakukan proses pemanasan, baik pasteurisasi ataupun sterilisasi untuk membunuh mikroba patogen.
Pencemaran pada susu bisa juga terjadi setelah proses pemanasan dan pada saat pengemasan. Alat dan cara pengemasan yang tidak steril berpotensi menyuburkan tumbuhnya bakteri patogen di dalam susu. Indikasi kerusakan susu segar ini bisa ditandai dari bentuk fisiknya, seperti susu tampak lebih kental, berlendir (apabila diangkat dengan sendok akan tampak semacam serabut tipis dan menggumpal), aroma dan cita rasa pun berubah menjadi asam.
Faktor yang kedua, kerusakan susu bisa terjadi akibat kontaminasi bahan kimia. Dalam hal ini kasus yang menyebabkan bayi-bayi di Cina mengalami sakit ginjal, terindikasi akibat perlakuan sengaja produsen susu menambahkan melamin yang seharusnya tidak digunakan pada bahan pangan. Faktor lainnya, kontaminasi bahan kimia ke dalam susu bisa terjadi akibat faktor kelalaian manusia. Seperti sisa bahan kimia pembersih peralatan produksi yang tercampur tanpa sengaja, hingga akhirnya terakumulasi ke dalam susu dan ikut terkonsumsi.
Untuk menghindari konsumsi susu yang terpapar mikroba, hal paling sederhana yang perlu dilakukan adalah teliti sebelum membeli, yakni dengan memeriksa tanggal kadaluarsa pada kemasan.
Sebelum membeli, pastikan kemasan susu dalam keadaan baik. Apabila kemasan susu menggembung dan mengeluarkan aroma asam, sebaiknya jangan dikonsumsi lagi, karena kemungkinan sudah terkontaminasi mikroba.
Deteksi kerusakan pada susu bubuk, terbilang lebih sulit jika dibandingkan dengan susu cair. Disarankan tetap teliti dengan tanggal kadaluarsa yang tertera di kemasan. Apabila partikel susu sudah menggumpal (terjadi penyerapan uap air dari udara), berbau tengik (akibat oksidasi lemak karena panas), dan berubah warna, sebaiknya jangan dikonsumsi. Industri jasa boga harus memilih suplier yang telah memiliki track record baik, dan sistem jaminan mutu yang handal Mel