Seafood termasuk bahan makanan berprotein tinggi dan rendah kolesterol yang mudah rusak dan busuk jika penanganannya kurang tepat. Ikan selain rasanya enak juga mempunyai kandungan gizi yang sangat berguna. Kandungan gizi yang bermanfaat pada ikan dapat bermanfaat agar seseorang terhindar dari penyakit-penyakit degeneratif seperti jantung koroner, tekanan darah tinggi, stroke dan kanker. Protein yang ditemukan pada ikan juga sangat baik. Berdasarkan penelitian diketahui bahwa mutu protein ikan setingkat dengan protein daging, sedikit di bawah protein telur dan di atas protein serealia dan kacang-kacangan.
Asam amino dalam protein ikan juga dapat meningkatkan mutu protein pangan lain. Misalnya, nasi memiliki kadar asam amino lisin yang rendah, tetapi ikan mempunyai kadar lisin yang tinggi. Jadi mengkonsumsi nasi dengan lauk ikan menjadikan keduanya dapat saling melengkapi. Ikan khususnya ikan laut juga mempunyai kandungan yodium yang sangat tinggi. Kandungan yodium ikan bisa mencapai 830 mg/kg. Bandingkan dengan daging (50 mg/kg) dan telur (93 mg/kg).
Produk seafood dikenal suatu bakteri yang mudah mengkontaminasi produk hasil laut tersebut, bakteri tersebut adalah Vibrio parahaemolyticus (Vp). Bakteri halofilik tersebut adalah bakteri dengan Gram negatif yang merupakan flora normal dari daerah estuaria dan pantai. Bakteri ini tumbuh pada kadar NaCl optimum 3%, kisaran suhu 5 ? 430C, pH 4.8 ? 11 dan aw 0.94 ? 0.99. Pertumbuhan berlangsung cepat pada kondisi suhu optimum (370C) dengan waktu generasi hanya 9?10 menit.
Bakteri Vp bersifat patogen dan merupakan penyebab utama dari penyakit gastroenteritis yang disebabkan oleh produk hasil laut (seafood). Gastroenteritis berlangsung akut, diare yang tiba-tiba dan kejang perut yang berlangsung selama 48 ? 72 jam. Masa inkubasi berkisar antara 8 ? 72 jam dengan rata-rata sekitar 18 jam.
Gejala lain yang dilaporkan dengan frekuensi yang berturut-turut menurun adalah mual, muntah, sakit kepala dan badan panas dingin. Pada sebagian kecil kasus, bakteri menyebabkan kerusakan (luka) pada mukosa usus sehingga tinja dari beberapa penderita selain mengandung bakteri, juga berdarah dan mengandung leukosit serta memicu terjadinya septisemia (Kaysner, 2000).
Kasus keracunan karena mengkonsumsi pangan tercemar Vp, biasanya berlangsung secara musiman. Karena Vp biasanya muncul pada saat suhu lingkungan perairan di atas 150C, maka kasus keracunan karena Vp biasa terjadi pada musim panas dimana suhu permukaan laut naik hingga mencapai di atas 150C (McLaughlin et al, 2005). Produk frozen seharusnya menjaga kualitas produknya, tidak jauh dari produk segar, dengan tata cara pengolahan yang benar dapat meminimalisir timbulnya bakteri patogen dan penurunan nilai gizi yang drastis. Teknik frozening goods sebenarnya diperuntukkan bagi individu yang sudah mengetahui standar hygiene dan mempunyai peralatan yang mendukung.
Dengan berkembangnya ilmu dan teknologi, pengetahuan masyarakat mengenai penanganan frozen food pun bertambah, walaupun banyak juga penyimpangan yang dilakukan dalam hal pengolahannya. Pemenuhan gizi keluarga memang tidak harus selalu mahal, konsumen harus benar-benar jeli dalam memilih frozen foods yang aman dan memenuhi standar kualitas. Karena pemerintah kurang aktif dalam mengontrol perkembangan frozen food di pasar tradisional, pada akhirnya konsumen juga yang harus menanggung akibatnya.
Bagus Hadi Santosa