Pengaruh akulturasi dalam bakeri dan pasiteri di Indonesia dapat berupa mengganti bahan dasar kue yang telah ada di daerah tersebut, seperti terjadi pada roti kembang waru. Adapula yang memberi cita rasa Eropa pada kue-kue yang dibuat dengan cara yang sudah dikenal lebih dahulu di Indonesia, seperti pada roti jok. Sedangkan akulturasi penyesuaian cita rasa, cara peyajian serta memberikan ide baru dapat dijumpai pada kue bantal, songgo buwono, roti kaak, klappertaart, dan roti semir. Demikian merupakan bukti dari benturan budaya yang saling memperkaya dunia kuliner antar bangsa. Berbagai macam modifikasi yang dilakukan telah mampu menciptakan keunikan dan kenikmatan tersendiri pada eranya.
Songgo buwono berwujud kue sus yang berisi ragout daging giling dan wortel. Cara penyajiannya adalah kue sus yang telah berisikan ragout tersebut diletakkan di atas piring kue dan diatasnya diletakkan separuh telur yang dimasak pindang yang dibelah dan diletakkan seperti menutup di atas kue sus tersebut. Kemudian di atas telur diberi ëmustardí dan di sebelahnya diberi daun selada dan acar ketimun. Songgo buwono menjadi suguhan yang formal pada jamuan resmi yang diadakan oleh keluarga para bangsawan sejak masa pemerintahan Sri Sultan Hamengkubuwono VII (1877). KI
Selengkapnya tentang Roti dan Kue Tempo Dulu Dalam Kuliner Indonesia dapat diakses di Majalah Kulinologi Indonesia edisi Desember 2016