Pangan merupakan sektor penting yang terus berusaha untuk dikembangkan. Seperti kata Presiden RI pertama, Ir. Soekarno, dalam pidatonya bahwa urusan pangan adalah tentang hidup atau mati. Oleh Karena, pangan menjadi hal strategis dan salah satu tolak ukur kesejahteraan masyarakat. Hari Pangan Sedunia (HPS) atau World Food Day menjadi momentum untuk menumbuhkan kembali cita-cita sebuah bangsa yang berdaulat tidak hanya secara politik, namun juga berdaulat dalam pemenuhan pangan.
Puncak peringatan HPS 2016 dipusatkan di Boyolali, Jawa tengah pada 28-30 Oktober 2016 lalu. Tahun ini, pemerintah mengusung tema Membangun Kedaulatan Pangan di Era Perubahan Iklim. Seperti diketahui, perubahan iklim dan El Nino serta La Nina yang melanda Indonesia menjadi tantangan berat bagi pasokan pangan dalam negeri sehingga pada 2015 diperlukan impor beras.
Dalam rangka pemenuhan kebutuhan pangan, diperlukan beberapa solusi alternatif dan kerja sama berbagai pihak. Salah satunya dengan diversifikasi pangan, sehingga pangan pokok tidak terbatas pada beras namun memungkinkan pula untuk konsumsi sumber karbohidrat lain. Jagung merupakan salah satu komoditas yang menjadi ikon dalam perayaan HPS kali. Hal tersebut ditunjukan dengan tower jagung setinggi 15 meter. Turunnya jumlah impor jagung menjadi salah satu kabar baik dalam HPS ke 16 tahun ini.
Perayaan akbar ini diselenggarakan oleh Kementerian Pertanian RI, Kementerian Kelautan dan Perikanan RI, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, dan Pemerintah Kabupaten Boyolali serta Food and Organization of the United Nation (FAO). Dalam peringatan HPS selama 3 hari tersebut diadakan gelar inovasi teknologi, pameran, perlombaan dan demo, diplomatic tour, penghargaan, dan jalan santai. Fri-31