Setelah sukses di tiga kota sebelumnya, yakni Bandung, Surabaya, dan Malang, kali ini giliran wilayah Semarang dan sekitarnya yang disambangi Festival Jajanan Bango (FJB). Acara yang berlangsung di Stadion Diponegoro, Semarang ini hadir untuk memuaskan selera para penggemar kuliner di daerah tersebut. Ada sesuatu yang berbeda dengan FJB tahun ini, dimana Bango mempersembahkan sebuah konsep yang istimewa berkaitan dengan ulang tahun Bango yang ke-85.
Marieska Widhiana, selaku Senior Brand Manager Bango menuturkan, “FJB adalah perhelatan kuliner kebanggaan Bango yang diadakan setiap tahun sejak 2005 sebagai wujud konsistensi misi sosial Bango untuk melestarikan berbagai jenis makanan tradisional, salah satu bentuk warisan Nusantara yang harus dijaga keberadaannya. Tahun ini, bertepatan dengan perayaan ulang tahun Bango yang ke-85, kami memberikan kejutan istimewa bagi para penggemar kuliner dengan mengunjungi lima kota besar, didasarkan atas keinginan untuk mendekatkan diri dengan lebih banyak lagi penggemar kuliner Nusantara. Sebelumnya kami telah mengunjungi kota Bandung, Surabaya dan Malang, di ketiga kota tersebut antusiasme masyarakat jelas terlihat. Artinya mereka memiliki kebanggaan dan kecintaan yang tinggi terhadap warisan kuliner Nusantara, dan yang terpenting, ikut berperan dalam upaya pelestariannya.”
Terdapat prosesi unik di FJB Semarang ini, yaitu berupa upacara pemotongan tumpeng, dimana potongan pertama diberikan kepada Bapak Irfan Yulianto perwakilan dari Koperasi Agro Bina Mandiri asal Trenggalek, Jawa Timur. Prosesi unik ini menjadi simbolisasi atas apresiasi Bango kepada 9000-an petani kedelai hitam Mallika yang selama ini dengan sepenuh hati telah menumbuhkan dan memelihara kualitas kedelai hitam Mallika, bahan utama pembuatan kecap Bango.
Mengenai kekayaan kuliner kota Semarang, Dr. Prasetyo Ariwibowo SH, MSoc, Sc selaku Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah menuturkan, ”Saat ini, kuliner telah menjadi bagian dari identitas bangsa yang harus dijaga kelestariannya. Terlebih lagi kuliner adalah salah satu daya tarik terbesar bagi para wisatawan untuk berkunjung ke Jawa Tengah, khususnya Semarang. Saya harap seluruh pecinta kuliner dapat menikmati festival ini dengan sepenuh hati, dan semoga para penjaja kuliner di kota ini semakin termotivasi untuk ikut memajukan dan menjaga kelestarian kuliner khas Jawa Tengah, sehingga dapat selalu menghadirkan yang terbaik bagi para penggemar kuliner Nusantara.”
Pemilihan sosok legenda kuliner yang hadir di FJB tahun ini, Bango telah melakukan proses pencarian dan pertimbangan yang cukup panjang. Mereka adalah sosok-sosok terpilih yang tak kenal lelah dalam melestarikan kuliner Nusantara. Salah seorang legenda kuliner asal Semarang yang memeriahkan FJB tahun ini adalah Nasi Pindang Pak Ndut dari Semarang. Kedai Nasi Pindang Pak Ndut ini adalah salah satu menu wajib yang harus dicicipi saat bertandang ke Semarang. Selain itu, hadir pula Tengkleng Klewer Bu Edi asal Solo, Sate Klatak Mak Adi, Oseng-Oseng Mercon Bu Narti dan Sate Jamur Cak Oney asal Yogyakarta, Mie Koclok Mas Edy asal Cirebon, Tahu Tek Telor Cak Kahar dan Lontong Balap Pak Gendut asal Surabaya, Mie Aceh Sabang dan yang terakhir Nasi Goreng Kambing Kebon Sirih asal Jakarta.
”Semoga sederetan legenda kuliner yang kami persembahkan dan juga rangkaian aktivitas yang kami sediakan dalam FJB tahun ini mendapat tempat tersendiri di hati warga Semarang dan mampu menginspirasi mereka untuk ikut melestarikan warisan kuliner Nusantara. Sampai jumpa bulan depan di kota berikutnya, Jakarta!” tutup Marieska. Kiki