Kilas Kulinologi

Kuliner Ekstrem Tanah Karo

Dengan kemajemukan penduduknya, Indonesia sejak dulu dikenal mempunyai mempunyai pusaka kuliner yang beranekaragam. Berbagai jenis masakan ada mulai dari yang lazim dimakan maupun yang dianggap ekstrem. Ekstrem jika masakan tersebut memakai bahan yang jarang dipakai oleh masyarakat pada umumnya. Namun, makanan yang dianggap aneh oleh suatu masyarakat sering dianggap biasa oleh masyarakat yang terbiasa memakannya. Seperti ibu-ibu di Jawa yang biasa memakai tempe busuk sebagai campuran sambal tumpang. Di Tuban Jawa Timur, masyarakat memakan tanah liat panggang sebagai penganan. Sedangkan di Palembang, buah durian dibusukkan menjadi tempoyak. Makanan ekstrem juga dapat kita temui di Sumatera Utara. Di antaranya adalah kidu dan pagit-pagit yang biasa dikonsumsi etnis Batak Karo yang banyak tinggal di dataran tinggi Karo.

Kidu adalah makanan yang terbuat dari larva ulat pohon enau (aren) yang tumbang dan membusuk beberapa minggu. Ulat enau sendiri berwarna putih, gemuk dan berukuran sebesar jempol kaki orang dewasa.

Orang Karo memasak ulat ini dengan cara mengolahnya dengan bumbu-bumbu khas Karo seperti andaliman dan kecombrang (disebut kincung di Medan). Biasanya kidu dimasak dengan bumbu arsik (gulai bumbu kuning khas Batak). Ulat setelah dibersihkan digoreng sebentar agar bagian luarnya renyah, tetapi tidak sampai pecah agar cairan di dalamnya masih utuh kemudian dimasukkan dalam gulai arsik.

Bagaimana rasanya? Bagian luarnya renyah karena telah digoreng terlebih dahulu. Bagian dalamnya “pecah” ketika digigit dengan rasa yang mirip santan, lumer begitu masuk di dalam mulut. Bagian mata ulat bahkan menimbulkan sensasi “kres” yang kemudian mengucurkan cairan kental yang gurih.

Meski sebagian orang menganggap makanan ini menjijikkan, tetapi makanan ini memiliki sumber protein yang tinggi. Kidu juga memiliki khasiat untuk meningkatkan vitalitas. Menurut sejarah, dulu para raja-raja di Karo sangat menyukai kidu. Sekarang ini sulit mencari kidu karena sudah sangat jarang orang yang menyajikan masakan ini karena jarang sekali ditemukan pohon enau yang tumbang, kecuali jika sengaja ditebang.
Sebagai informasi, kidu tidak sama dengan kidu-kidu. Kidu terbuat dari ulat, sedangkan kidu-kidu adalah makanan nonhalal semacam sosis yang terbuat dari daging babi. Jadi kalau Anda ingin mencicipi sensasi makan kidu, jangan salah sebut.

Kuliner lainnya adalah Pagit-pagit atau terites, merupakan makanan khas Karo yang biasa disajikan saat pesta besar. Terites terdiri dari berbagai jenis sayuran dan berisi jeroan atau bagian dalam sapi, kerbau, atau kambing. Rasanya yang legit membuat kuliner yang satu ini memiliki banyak penggemar. Terites sering juga disebut soto Karo, karena penyajian dan penampilannya yang hampir sama soto yang umum kita kenal. Namun satu hal yang membedakan adalah kuahnya. Kalau soto pada umumnya memakai kuah bening atau kuah santan, terites memakai kaldu yang diambil dari rumput yang ada pada lambung pertama sapi.

Ups..Anda jangan salah paham. Rumput ini belum menjadi kotoran karena rumput ini diambil dari lambung, bukan usus besar. Rumput ini masih segar karena ketika kerbau atau sapi memakan rumput maka rumput yang baru dimamah di mulut akan ditelan dan dimasukan kedalam lambung (perut besar) kemudian akan dimamah kembali baru rumput tersebut akan dimasukan ke lambung. Nah di lambung itulah rumput tersebut diambil.

Ekstrak yang berbentuk seperti rumput ditumbuk lalu diperas untuk diambil sarinya. Kemudian dimasak dengan babat, kikil, kaki kambing, atau kepala kamping/sapi selama kurang lebih tiga jam. Untuk memasak pagit-pagit diperlukan keterampilan khusus karena tidak jarang jika dimasak oleh yang bukan ahlinya masih terasa berbau amis.

Aroma khas yang dihasilkan oleh rumput hasil fermentasi lambung memberi cita rasa tersendiri. Memang kalau dilihat dari warna kaldu dan aroma nya membuat orang akan enggan memakannya. Tapi kebanyakan orang yang telah mencoba pasti ketagihan dan ingin memakan yang satu ini. Selain itu kandungan tanin pada terites berkhasiat mengobati penyakit maag.
Bagaimana dengan Anda. Berani mencoba?. Makanan ini termasuk makanan yang unik dan langka jadi untuk mendapatkannya Anda hanya dapat menjumpainya di rumah makan khas Karo.

Masih Banyak Lagi Kuliner Khas Karo yang akan disajikan pada kegiatan Festival Budaya Nusantara yang akan diselenggarakan di Lapangan A Sekolah Tinggi Akuntansi Negara pada tanggal 1 April 2012. Untuk itu jangan lupa untuk mencicipi kuliner khas Karo tersebut. Nikmati kulinernya, lestarikan budayanya.Festival Budaya Nusantara 2012, Cintai Budayaku, Sekarang dan selamanya!” K-08

LEAVE A RESPONSE

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *