Sebenarnya, apa, sih, yang membuat tubuh wanita jadi lebih cepat gemuk dibandingkan pria?
Kata diet yang sebenarnya berarti mengontrol asupan kalori. Namun, kini banyak yang salah mengartikan diet adalah mengurangi asupan makanan untuk tujuan menurunkan berat badan. Baik wanita ataupun pria, punya cara pandang masing-masing soal diet. Sebut saja pria, kebanyakan dari mereka tidak terlalu keranjingan urusan diet. Pria lebih mengatur asupan makanan demi alasan kesehatan (misal: mengurangi makanan yang mengandung lemak atau garam tinggi). Pria juga kerap berolahraga, seperti fitness atau berenang, untuk melatih dan membentuk massa otot agar terlihat lebih atletis.
Sedangkan wanita, selalu memikirkan jumlah kilogram yang turun di timbangan. Mereka lebih berani mengambil jalan pintas demi langsing, ada yang kecanduan obat kurus, tertarik dengan iming-iming treatment pelangsingan yang ‘memeras’ dompet, atau membatasi makan tanpa disertai olahraga. Alhasil, kendati sudah heboh berdiet, ujung-ujungnya tetap saja pria yang lebih cepat menurunkan berat badan.
Lain lagi cerita Retha dan Irvan. Kedua pasangan ini sama-sama hobi makan. Setiap akhir pekan, mereka punya jadwal berwisata kuliner ke tempat-tempat makan baru demi memuaskan hasrat bersantap. Untuk menjaga berat badan tidak naik, Retha rajin mengikuti kelas rutin aerobik. Irvan, menanggapinya lebih santai. Jadwal ke gym pun tidak serutin Retha, tapi berat badan Irvan tetap dalam posisi aman. Sedangkan Retha, seminggu saja absen dari kelas senam, perut dan pipinya langsung terlihat gemuk.
Mungkin tak hanya Retha yang bertanya-tanya mengapa dirinya begitu cepat ‘membengkak’, masih banyak wanita di luar sana yang memiliki pertanyaan sama. Secara biologis, wanita memang memiliki persentase lemak tubuh yang lebih tinggi dibandingkan pria. Wanita, menyimpan lemak di bagian tubuh yang sulit dipangkas, yaitu gluteal (pinggul, paha, dan bokong). Dari komposisi lemak yang tersimpan, membuat bentuk tubuh wanita tampak menyerupai pir atau ginoid. Sedangkan, badan pria menyimpan lemak di bagian tengah tubuh, yaitu perut. Ini membuat tubuh pria berbentuk seperti apel atau disebut juga android.
Metabolisme tubuh wanita juga lebih lambat dibandingkan kaum laki-laki. Wanita memiliki hormon estrogen yang memerintahkan penyimpanan lemak. Lemak ini berguna sebagai cadangan energi di saat mengandung (hamil). Hal ini bertolak belakang dengan pria, mereka memiliki massa otot yang lebih banyak ketimbang wanita. Selain karena pengaruh hormon testosteron, massa otot juga terbentuk dari kebiasaan pria yang getol melatih tubuh bagian atas (biceps, bahu, dan dada) untuk mendapatkan bidang dan lengan yang kokoh. Otot merupakan pembakar lemak utama dalam tubuh manusia. Pria yang lebih berotot, dapat membakar kalori lebih besar. Itu sebabnya, pria terkesan lebih mudah untuk menurunkan berat badan.
Selain perbedaan sistem tubuh pria dan wanita, pola kebiasaan keduanya juga berbeda dalam beberapa hal. Meski tidak bisa diklaim sebagai pembenaran oleh semua pria dan wanita, tapi kebiasaan berikut bisa dijadikan gambaran pada umumnya. Misalnya, pria terbiasa dengan jam makan yang teratur. Sedangkan wanita, lebih sering ‘melaparkan’ diri demi alasan kepingin langsing. Hal ini malah berdampak pada nafsu ngemil wanita yang tidak terkontrol.
Pria lebih memilih makanan padat protein, seperti daging-dagingan. Asupan protein ini penting untuk meningkatkan metabolisme dan mempertahankan otot. Sedangkan wanita, lebih menyukai makanan manis seperti puding, cokelat, atau kue-kue. Padahal, asupan makanan sarat gula dan tinggi kalori berpengaruh pada insulin dan hormon penyimpan lemak yang semakin menumpuk di bawah lapisan kulit.
Faktor lainnya, saat depresi atau stress, wanita bisa makan dua kali lebih banyak tanpa perasaan berdosa. Bagi pria, ketika emosi mereka berarti membutuhkan waktu untuk diri sendiri. Pria memilih menghabiskan waktu dengan hobinya atau kumpul bersama teman. Mel