Diet bukan berarti tidak makan. Diet artinya mengatur pola makan agar hidup lebih sehat dan bugar!
Stroke, diabetes, dan penyakit jantung, dulunya diasosiasikan sebagai ‘penyakit orang tua’ yang biasanya baru menyerang di usia 50 tahunan. Faktor usia dituding menjadi ‘sutradara’ yang merancang timbulnya penyakit-penyakit tersebut. Ya, usia memang bisa menjadi salah satu faktor pendukung munculnya penyakit yang disebut penyakit degeneratif tersebut. Tetapi Anda yang merasa masih muda jangan lantas berpikir bahwa Anda terbebas dan bisa bersantai sambil ongkang-ongkang kaki. Ancaman itu kini bisa menghampiri siapapun, tak pandang usia!
Gaya hidup urban (dulu)
Berita seorang selebritas berusia 30-an yang ‘dilumpuhkan’ oleh stroke sempat menggemparkan masyarakat. Pasalnya, tahun 2005, saat kejadian ini terjadi, memang menjadi ‘periode emas’ sang artis. Bisa dibilang namanya justru sedang harum-harumnya. Penampilannya di televisi sebagai juri dan komentator acara kompetisi bernyanyi di sebuah stasiun TV swasta (meski banyak diprotes karena komentarnya yang super pedas) selalu ditunggu-tunggu. Makanya banyak orang merasakan kehilangan saat dirinya terpaksa absen dari pertunjukan tersebut.
Itu baru satu contoh yang kebetulan figurnya dikenal banyak orang. Jika bicara di kalangan masyarakat umum, sebenarnya kasus-kasus serupa juga mudah ditemui. Stroke kini menghantui usia produktif. Perkembangan zaman yang makin modern di satu sisi ternyata memberikan efek samping yang perlu diwaspadai.
Tubuh kita ibarat mesin mobil yang jika ingin awet dan terus baik, tentunya harus dipelihara dengan baik. Diforsir terus-terusan tanpa ampun, lantas lupa di-tune up, lama-lama akan menyebabkan mesin mobil ‘kelelahan’ dan mogok. Ujung-ujungnya, mobil terpaksa turun mesin dan ‘diopname’ di bengkel.
Tuntutan pekerjaan yang tinggi
seringkali memaksa seseorang jadi kurang tidur, tidak makan teratur, dan stres. Berangkat dari rumah pagi-pagi (untuk menghindari macet), tiba di kantor diberondong agenda meeting dan tugas yang menggunung, pulang kantor mencari hiburan dengan nongkrong di kafe atau mal sambil menyeruput minuman kopi atau nyemil, dan tiba di rumah saat waktu tidur sudah lewat. Esok hari, kejadian yang sama berulang kembali.
Itulah petikan dari gaya hidup sebagian besar kaum urban yang hidup di kota besar. Bicara soal pola makannya, tak kalah berantakan. Pagi-pagi karena terburu-buru seringkali tak sempat sarapan di rumah, tiba di kantor, pesan mi ayam atau bubur ayam. Makan siang kadang terlewatkan dan dirapel dengan makan malam.
Pilihan makanannya pun sekenanya saja, tanpa mengindahkan kaidah pola makan seimbang. Boro-boro sempat memikirkan nilai gizi dari makanan yang disantap, punya waktu untuk makan saja sudah untung. Kenyang sih, kenyang, sumber karbohidrat, protein, dan lemak ada (tapi porsinya tidak seimbang), namun yang sangat minim adalah vitamin, mineral, dan serat (yang ada pada sayuran dan buah). Kalau pun menyantap sayuran, porsinya belum tepat.
Sekarang mungkin Anda tidak merasa sakit dan masih mengganggap badan Anda kuat dan sehat wal afiat. Namun, jangan lupa, seperti mesin mobil, tubuh punya batas toleransi. Hari ini sehat, besok pagi bisa jadi tiba-tiba tubuh Anda ‘mogok’. Jika gaya hidup dan pola makan Anda berantakan, penyakit akan datang menggerogoti. Mulai dari stoke, jantung koroner, hingga obesitas.
Kenyataan ini mau tidak mau berhasil membuat orang melek kesehatan. Dan, semakin tingginya pengetahuan terhadap kesehatan berhasil mendorong perhatian orang pada urusan pola makan. Makanan sehat pun jadi topik utama yang menjadi pembicaraan banyak orang. Sebagian masyarakat mulai memikirkan dan mempehitungkan apa yang akan dalam masuk ke dalam tubuhnya. Makan tak lagi sekedar pengisi perut dan penghilang lapar, namun makanan yang diincar kini adalah makanan yang memberi manfaat optimal bagi tubuh.
Gaya hidup urban
(masa kini)
Sebagian orang masih salah menafsirkan definisi diet yang dipikirnya hanyalah menjadi urusan orang yang kelebihan berat badan. Diet sering disalahartikan dengan mengurangi makan. Padahal, sebenarnya diet berarti mengatur pola makan. Siapapun dengan bentuk tubuh apapun, usia berapapun, jika ingin selalu sehat dan bugar, tentu harus mengatur pola makan.
Kalau dulu istilah diet hanya ada di agenda orang-orang yang punya ‘masalah’ (masalah berat badan atau penyakit), kini orang yang belum/tidak punya masalah pun jadi ikut berdiet. Semakin mudahnya akses mendapatkan informasi tentang kesehatan membuat hidup sehat jadi impian semua orang. Berbagai cara diet sehat pun dibeberkan, baik di buku-buku, majalah, Koran, tabloid, hingga internet.
Siapapun bisa memilih diet mana yang paling cocok untuk dirinya. Terlebih sejak 2 tahun belakangan, pusat kebugaran yang dilengkapi personal trainer yang juga mengatur pola makan, semakin banyak bermunculan. Dokter gizi pun belakangan semakin banyak. Impian hidup sehat dan bugar pun rasanya bukan lagi di awang-awang. Olah raga dan diet kini menjadi bagian dari gaya hidup sebagian besar kaum urban di antara padatnya aktivitas sehari-hari.
Tak berhenti sampai di hidup
sehat, kini diet dan olah raga menjadi cara untuk mendapatkan bentuk serta ukuran tubuh ideal. Selain faktor usia, bobot tubuh seseorang juga ikut berperan menjadi indiktor kesehatan. Sayangnya, kebanyakan orang menganggap bahwa hanya orang dengan IMT (Indeks Massa Tubuh) di atas normal alias kelebihan berat badan saja yang rentan penyakit berbahaya. Padahal, terlalu kurus ternyata membuat tubuh rentan pengeroposan tulang atau pun penyakit ginjal. Sistem imun pada orang-orang yang terlalu kurus biasanya rendah sehingga suplai gizi jadi minim.
Setiap suap dari makanan yang kita makan, sebaiknya mengandung nutrisi yang optimal. Semua zat gizi, mulai dari karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral, sudah diciptakan dengan peranan dan fungsinya masing-masing. Karena itu, meniadakan salah satunya dalam jangka waktu yang lama, rasanya bukanlah pilihan yang bijak.
Diet karbo (tidak menyantap karbohidrat sama sekali dalam menu sehari-hari) beberapa waktu lalu cukup banyak dilirik karena memberikan hasil cespleng untuk menurunkan berat badan. Namun, banyak pakar nutrisi yang menganjurkan agar diet ini tidak dilakukan terlalu lama. Idealnya, justru karbohidrat merupakan sumber makan pokok sumber tenaga yang dikonsumsi dalam jumlah cukup besar.
Setiap saat tubuh membutuhkan nutrisi yang tepat dengan jumlah yang spesifik untuk melancarkan proses metabolisme dalam tubuh. Untuk itu, sebaiknya kenali makanan yang akan Anda makan dan batasilah porsinya. Anda bisa, kok, jadilah dokter untuk diri sendiri. Menu dan porsi makanan yang tepat plus olah raga teratur adalah 2 rahasia hidup sehat dan bugar! Mel