Konsep

Yuk Makan Sayur!

Vitamin dan serat yang terkandung di dalam sayuran baik untuk kesehatan si kecil. Namun, membuat mereka suka makan sayur adalah ujian buat para orang tua.

Setiap hari, Ibunda Fasya (5) selalu berusaha menyajikan menu yang variatif untuk tumbuh kembang putra satu-satunya. Hidangan yang ia siapkan untuk makan siang hari itu adalah semangkuk sup ayam komplit dengan sayuran. Dengan sendok di tangan mungilnya, Fasya terlihat asyik melahap sup bersama nasi. Disaat mulutnya penuh makanan, sendok ia arahkan untuk memilih-milih suwiran ayam, nasi, dan kuah sup sebagai pengisi suapan berikutnya. Potongan sayur berupa wortel, buncis, dan pipilan jagung manis, disisihkan di pinggiran piring. Jika diperhatikan, tak ada satu pun sayur yang masuk ke mulutnya, yang ada hanya protein ayam dan karbohidrat nasi.

Ya, jika dipadankan dengan buah-buahan, sayuran memang terbilang tidak mempunyai rasa. Namun, jika membandingkan urusan serat, di dalam sayur terkandung serat yang lebih tinggi dari buah. Artinya, sayur membutuhkan waktu ekstra untuk dikunyah. Rupanya, alasan ini yang membuat Fasya –satu di antara jutaan anak-anak lain– menjadi enggan menyantap sayur. Para ibu pun akhirnya dibuat uring-uringan, karena minimnya asupan serat, membuat anak-anak kerap dihantui masalah sembelit.

Agar anak doyan sayur

Proses pertumbuhan balita semakin sempurna dengan asupan berbagai zat gizi (sejumlah vitamin, mineral, dan serat) yang berasal dari sayuran. Persoalannya, menumbuhkan kegemaran anak pada sayur bukanlah perkara mudah. Bagaimana menyiasatinya? Membangun kesukaan anak terhadap sayur memang tidak bisa dilakukan secara instan. Butuh proses yang panjang, dimulai sejak masa pemberian ASI, pengenalan makanan padat pertama hingga balita beranjak dewasa. Tahapan ini menuntut kesabaran yang luar biasa dari orang tua, khususnya kaum Ibu, untuk mengenalkan beragam jenis sayur.

Sebuah jurnal Pediatries tahun 2007 menuliskan, si kecil yang mendapatkan air susu ibu (ASI) lebih mudah menyesuaikan diri untuk menyantap berbagai variasi makanan dibandingkan bayi yang minum susu formula. Apabila sang ibu secara teratur mengonsumsi sayur selama masa pemberian ASI, secara tak langsung ikut memberikan awal yang baik kepada bayi untuk mengenalkan cita rasa sayur. Bagi Anda yang sedang dalam masa menyusui, tak ada salahnya kan ikut rajin mengonsumsi sayur. Selain produksi air susu meningkat, si kecil pun makin pintar mengenal sayur.

Setelah lulus dari ASI eksklusif 6 bulan, kenalkan si kecil dengan menu sayuran. Sebagian ahli menganjurkan untuk lebih dulu mengenalkan sayuran daripada buah. Alasannya, manusia dilahirkan dengan kecenderungan menyukai rasa manis. Jika bayi sudah mengenal rasa buah terlebih dulu, dikhawatirkan ia akan kurang menyukai rasa sayuran. Di tahap ini, Anda perlu mencoba memberikan sayur sedikit demi sedikit dan berulang. Sayur bisa divariasikan ke dalam campuran nasi tim. Jangan menyerah hanya karena ia meringis saat menyantapnya. Ekspresi wajah anak tidak melulu mencerminkan rasa tidak suka. Pastikan Anda memberi tenggang waktu untuk mengganti antara satu jenis sayuran ke jenis lainnya, agar lidah bayi terbiasa menangkap sinyal berbagai macam rasa sayur. Jangan pernah memaksa, karena pada akhirnya berakibat si anak mogok makan sama sekali, lantaran merasa suasana santap tidak lagi nyaman.

Faktor lain yang paling menentukan kesukaan anak terhadap sayuran, yaitu meniru pola makan kedua orang tuanya. Berusahalah untuk menumbuhkan ketertarikan balita dengan kebiasaan Anda yang selalu menghidangkan sayuran di meja makan. Dimulai saat makan bersama, isilah piring Anda dengan aneka sayuran, lalu jelaskan nama sayuran yang dimakan, dan ceritakan betapa sehat dan enaknya sayuran tersebut.

Jika anak sudah agak besar, Anda bisa mengajaknya menanam sayur di halaman, atau membeli sayuran di pasar swalayan. Kenalkan jenis-jenis sayuran yang dijual di sana, paparkan pula khasiatnya dengan bahasa yang mudah dimengerti. Bisa juga, melibatkan anak untuk memasak sayuran bersama-sama. Misalnya, mereka bertugas mencuci, mengupas, memotong sayuran, di bawah pengawasan Anda.

Agar kreativitas anak terangsang, ajak mereka berkreasi membuat tampilan sayur menjadi menarik. Misalnya, jika memasak sup, Anda bisa membentuk potongan wortel menyerupai bunga. Di atas piring, susun aneka sayuran berwarna membentuk wajah orang, boneka, perahu, dan bentuk-bentuk lucu lainnya. Alternatif lain, bisa menyembunyikan sayuran ke dalam makanan favoritnya, misalnya sebagai isian sandwich, sebagai campuran nasi goreng, atau bisa juga digoreng renyah bersama tepung. Cara-cara menyenangkan ini, diharapkan bisa merangsang selera anak terhadap sayuran.

1001 KHASIAT

Banyak orangtua yang menyiasati kurangnya asupan sayur dengan menjejali anak dengan sejumlah suplemen. Meski demikian, gizi alami dari sayuran asli pastinya tetap lebih baik. Banyak khasiat yang terkandung di dalam sayur selain vitamin dan mineral, serat memegang peranan tertinggi. Serat di dalam sayur (khususnya sayuran hijau) bekerja menjaga kesehatan saluran cerna, mencegah obesitas, menghaluskan kulit, serta mencegah sembelit.

Sejumlah studi mengaitkan konsumsi sayur dengan densitas tulang yang lebih kuat. Hal ini kemungkinan berkat berbagai gizi yang ada di dalam sayur berdaun hijau, seperti potasium, betakaroten, magnesium, vitamin C dan B kompleks. Asupan sayur dipercaya mampu menurunkan kalsium yang dikeluarkan oleh urin. Zat besi banyak terdapat pada sayuran berdaun hijau, seperti sawi, bayam, dan daun singkong. Zat besi penting untuk pembentukan sel darah merah. Sedangkan potassium, banyak terdapat di dalam kentang. Gizi ini berkolaborasi bersama sodium, bekerja mempertahankan keseimbangan cairan elektrolit di dalam sel. Warna merah pada tomat disebabkan karena kandungan zat bernama antosianin dan likopen. Antosianin berguna untuk mencegah infeksi dan kanker kandung kemih, sedangkan likopen menghambat fungsi kemunduran fisik dan mental agar kita tidak mudah pikun. Selain itu, likopen juga mencegah bermacam-macam penyakit kanker. Terung, kol merah dan bayam merah adalah beberapa sayuran berwarna merah, yang mengandung pigmen flavonoid. Pigmen ini bekerja sebagai zat antikanker.

Selain itu, masih ada jenis sayuran lain yang berwarna, misal: kuning (paprika dan jagung muda) diyakini ampuh memerangi katarak, serangan jantung, dan stroke. Warna putih, antara lain untuk jenis sayuran taoge, kol, kembang kol, sawi putih, rebung, dan jamur. Taoge sebaiknya dimakan mentah, atau setengah matang, agar vitamin E dan C yang berada di dalamnya tidak hilang. Sedangkan jamur, kol, dan kembang kol, sarat akan senyawa anti kanker.

Sejumlah vitamin (A, C, dan K) juga ada di dalam sayur. Wortel dan sayuran hijau mengandung vitamin A yang penting untuk pertumbuhan dan perkembangan sel, daya penglihatan, dan fungsi kekebalan tubuh. Lain lagi vitamin C yang banyak terkandung di dalam jeruk. Vitamin ini juga terdapat dalam sayuran jenis umbi (kentang). Vitamin C diperlukan untuk kesehatan gusi, tulang, kulit, serta sebagai pengantar saraf. Sedangkan vitamin K, bisa dijumpai pada sayuran hijau (terutama brokoli), bekerja dalam pembentukan beberapa protein dan proses pembekuan darah. Nah, mengingat besarnya manfaat sayur, tentu Anda setuju bahwa pola makan sehat perlu di tanamkan sejak dini! Mel

LEAVE A RESPONSE

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *