Kue kering atau cookies sudah dibuat sejak zaman Romawi kuno. Pada masa itu bangsa Romawi mencari cara lain untuk menikmati gandum. Alhasil, gandum diolah bersama air menjadi adonan padat, yang dipanggang hingga kering dan dinikmati bersama madu. Konon kabarnya, itulah cikal bakal terbentuknya kue kering.
Di abad ke-7 M, gula mulai menjadi bagian dari adonan kue kering. Bangsa Persia yang pertama kali menambahkan gula pada adonan kue kering, selain tepung gandum, dan air. Kata cookie berasal dari bahasa Belanda koekje, yang artinya kue kecil. Penamaan ini disesuaikan dengan bentuk cookie saat itu, berupa adonan manis yang dipanggang, disajikan dalam porsi kecil dan bisa dimakan dengan tangan.
Koekje (bolu kering berukuran kecil) di Belanda, menjadi kue kering ternama kala itu. Karena karakteristik kue kering dari adonan bolu tahan berbulan-bulan, maka camilan ini pun menjadi favorit para pelaut Eropa di abad ke-17 dan ke-18 sebagai bekal melaut mencari ‘dunia baru’. Kue kering yang dibawa pelaut pada akhirnya menginspirasi negara-negara di belahan dunia lain untuk membuat berbagai jenis kue kering dengan keunikan masing-masing. KI