Seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat untuk menerapkan pola makan yang lebih sehat, whole grain foods mulai ramai dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia.
Mudah saja mendeteksi produk olahan yang menggunakan bahan baku serealia utuh ini. Produsen biasanya mencantumkan kata-kata ‘whole wheat’, ‘whole meal’, atau ‘whole corn’ pada kemasan produk dengan tulisan yang mudah ditangkap mata. Hal ini dilakukan oleh produsen sekaligus untuk mengklaim manfaat fungsional yang terkandung dalam produknya.
Whole grain yaitu serealia utuh yang masih mengandung bagian kulit ari, bagian endosperm, dan bagian germ. Bagian kulit ari serealia inilah yang kaya akan serat, vitamin, dan mineral mikro. Sedangkan bagian endospermnya kaya akan pati dan protein. Bagian germ kaya akan vitamin E, asam lemak esensial, dan antioksidan.
Pada refined grain, bagian yang digunakan hanyalah pada bagian endosperm saja sedangkan bagian kulit ari dan germ dibuang. Sehingga pada refined grain, kita kehilangan banyak sekali serat, vitamin, dan mineral. Pada Tabel 1 dapat dilihat kandungan gizi berbagai jenis serealia dan olahannya. Kandungan serat pangannya cukup tinggi dari mulai 4 g/100g hingga 21 g/100 g. Selain itu, serealia utuh merupakan sumber vitamin B dan asam lemak yang cukup baik serta tentunya tidak mengandung kolesterol.
Serealia yang biasa dijadikan bahan baku aneka produk olahan antara lain gandum, oat, barley, jagung, rye, quinoa dan brown rice. Untuk mengolah menjadi produk pangan, serealia utuh tersebut harus ditepungkan terlebih dahulu. Umumnya hasil tepung akan berwarna agak kecoklatan dan bertekstur lebih kasar dibandingkan dengan tepung dari refined grain.
Jenis-jenis produk olahan yang dapat diproses dari tepung serealia utuh antara lain produk bakery, pasta, vermicelli, biskuit, cracker, sereal sarapan, pop corn, dan tortillas. Masalah yang ditemui biasanya adalah dari segi sensori dimana produk akan terasa lebih kasar saat dikonsumsi. Selain itu, penanganan produk saat pengolahan, distribusi, dan penyimpanan pun lebih kompleks karena kandungan minyaknya masih cukup tinggi dan berpotensi menimbulkan ketengikan.
Untuk memperoleh manfaat yang optimal bagi tubuh, konsumsi produk-produk olahan serealia utuh sebaiknya dipenuhi minimal tiga sajian per orang per hari. Bahkan, ahli gizi menyarankan untuk siapapun yang ingin hidup lebih sehat, mulailah mengonsumsi serealia utuh untuk memenuhi setengah dari kebutuhan harian akan serealia. Konsumsi rutin tiga sajian produk-produk serealia utuh per hari dapat menurunkan resiko terkena penyakit jantung sebesar 25-36%, stroke sebesar 37%, diabetes tipe dua sebesar 21-27%, kanker saluran pencernaan sebesar 21-43% Selain itu, risiko terkena tekanan darah tinggi berkurang 11 hingga 19%. Berdasarkan European of Clinical Nutrition, penambahan konsumsi satu gram akan serealia utuh dapat menurunkan risiko terkena obesitas pada pria sebesar 10% dan 4% pada wanita.
Serat pangan pada produk serealia utuh juga bertindak sebagai prebiotik yang dapat meningkatkan populasi bakteri ‘baik’ Bifidobacteria dan Lactobacillus di usus besar. Manfaatnya, sistem pencernaan akan menjadi lebih sehat, sistem imun tubuh meningkat dan terjadi peningkatan penyerapan mineral kalsium di saluran pencernaan.
Kandungan fitokimia pada whole grain bertindak sebagai antioksidan yang mencegah oksidasi akibat radikal bebas. Seperti telah disebutkan bahwa jagung memiliki kandungan antioksidan dua kali lebih tinggi dibandingkan dengan apel sementara gandum dan oat memiliki kandungan antioksidan setara dengan brokoli. Whole grain juga mengandung fitosterol yang berkompetisi dengan kolesterol dalam penyerapannya di usus. Mekanisme kompetisi inilah yang dapat menurunkan penyerapan kolesterol dalam tubuh sehingga dapat menurunkan kadar kolesterol dalam darah pula.
Terakhir, selalu perhatikan label produk pangan yang diolah dari serealia utuh. Perhatikan kandungan serat pangan, lemak jenuh, gula, dan kandungan garamnya. Cermati jumlah whole grain pada produk. Pilih produk yang benar-benar tinggi serat, dan rendah lemak, gula, dan garamnya. K-12