Tips Merancang Menu
Restoran
Desain menu harus sesuai dengan konsep resto dan segmen pasar yang dibidik.
Menu is key to your brand identity. Kalimat dari sebuah situs konsultan restoran asal luar negeri ini, menggambarkan begitu pentingnya sebuah menu dalam bisnis makanan. Mengapa? Karena konsep menu memang harus dipikirkan secara matang, dibikin semenarik mungkin, dan yang pasti, harus punya kekuatan untuk diunggulkan.
Saking pentingnya urusan pengaturan menu, kini jasa konsultan resto yang mengurusi urusan menu, dalam dan luar negeri, semakin mudah Anda temukan. Konsultan yang umumnya digawangi oleh awak chef ini, siap membantu para pengusaha resto yang baru berkecimpung di dunia kuliner, untuk mendesain menu yang sesuai dengan konsep resto dan segmen pasar yang dikehendaki.
Diracik oleh chef
Keberhasilan membangun usaha tempat makan atau restoran dalam menjaring pengunjung, dipengaruhi oleh berbagai faktor. Selain suasana dan lokasi yang strategis, kunci sukses restoran berada di tangan Chef-nya. Sebab dari tangan dingin para juru masak, sebuah menu lezat bisa tercipta. Daya tarik sebuah tempat makan adalah dari kelezatan cita rasa makanannya, bukan?
Secara umum, menu diartikan sebagai daftar makanan yang dihubungkan dengan kartu, kertas atau media lain dimana daftar makanan itu tertulis. Artian yang kedua, menu adalah makanan yang tersedia untuk customer yang dapat mereka pilih dan nikmati. Meski ada dua pengertian berbeda, perencanaan dan pembuatan menu, pada prinsipnya menyangkut beberapa orang yang secara langsung saling berhubungan, yaitu chef, restaurant manager dan owner. Ketiga pihak berkolaborasi menentukan nama-nama menu yang akan direalisasikan oleh chef.
Chef bertangggung jawab untuk urusan dapur. Dalam pengerjaannya, chef dibantu oleh cook helper dan waiter. Namun, untuk standarisasi mutu dari masakan yang disajikan, seperti kualitas rasa, bentuk, serta besarnya porsi, tetap dikontrol oleh chef.
Seorang chef yang bisa menyajikan cita rasa makanan yang memikat lidah, kreasinya akan terus diburu oleh penikmat kuliner. Hal ini dipastikan berimbas pada restoran yang ramai ditandangi. Sedangkan jika cita rasa makanan terbilang so so, mau tak mau, restoran akan sulit mendatangkan tamu, meski berada di lokasi yang ramai sekalipun. Setelah sekali datang, bisa jadi konsumen tersebut enggan untuk kembali lagi. Padahal yang diharapkan adalah kepuasan konsumen sehingga ia loyal untuk datang lagi dan menyebarkan ‘virus’ positif pada lingkungannya. Mouth to mouth selama ini terbukti merupakan strategi marketing yang cukup efektif.
Dalam bisnis makanan, chef yang andal sangat dibutuhkan. Seorang chef harus bisa menjaga cita rasa hidangan yang konsisten, tidak berubah-ubah. Chef harus mampu membuat inovasi dan kreasi baru yang bisa memperkaya menu restoran. Ide inovasi ini bisa didapat dari ‘mendandani’ menu lama yang sudah ada, terinspirasi dari buku-buku kuliner, browsing di internet, atau menciptakan menu khusus spesial event. Misalnya, menu dinner for two (untuk hari valentine), nasi tumpeng komplit untuk perayaan 17 Agustus-an, atau paket menu keluarga untuk hari raya lebaran, natal, dan tahun baru. Yang pasti, dalam pertimbangan chef membuat menu, harus disesuaikan dengan kelengkapan peralatan di dapur serta asupan bahan baku. Jangan sampai restoran ingin menyajikan makanan unik tapi tidak mempertimbangkan kesediaan bahan baku. Selain itu, seorang chef juga harus bisa memvisualisasikan makanan menjadi indah di pandang. Menu yang ‘biasa’, dipresentasikan ke dalam bentuk menarik yang bisa menggugah selera. Mel