Bisnis restoran merupakan bidang usaha yang menjual produk kuliner, sekaligus suasana dan pelayanannya. Bisnis ini sangat mudah dimasuki, namun juga mudah untuk ditinggalkan jika pengelolanya tidak dapat mengatur ketiga aspek bisnis tersebut dengan benar.
Indonesia yang memiliki keragaman jenis masakan daerah dengan harga bahan baku masakan yang relatif murah dan didukung oleh besarnya jumlah penduduk Indonesia, restoran menjadi salah satu bisnis paling menggiurkan untuk diusahakan. Di Jakarta saja, menurut data dari Dinas Pariwisata DKI saat ini terdapat 1451 restoran yang tersebar di berbagai tempat di Jakarta baik di hotel, mall maupun tempat eksklusif dengan pelanggan khusus. Sayangnya, dari restoran sebanyak itu, sebagian besar atau 63% adalah restoran asing, dan selebihnya atau 37% adalah restoran Indonesia (lihat tabel). Restoran di Jakarta ternyata didominasi oleh restoran China (255 restoran), Jepang (214 restoran), Italia (113 restoran) dan Amerika (216 restoran).
Dari data itu terlihat bahwa banyak restoran dari negara-negara Asia yang sudah mampu merambah ke pasar global, setidaknya masuk ke konsumen Indonesia. Restoran-restoran Cina, Thailand, Korea, Vietnam, dan Malaysia begitu merebak di kota-kota di Indonesia. Bagaimana dengan restoran Indonesia? ?Kuliner Indonesia yang memiliki berbagai macam masakan eksotik berkelas dunia harus mampu menjadi kuliner kebanggaan bagi orang Indonesia baik di dalam maupun luar negeri, pemilik Waroeng Daun, Jakarta, Hariyanto Prayitno.
Contoh masakan daerah yang sudah sangat populer di bagi hampir semua masyarakat Indonesia adalah masakan padang. Penggunaan cabai rawit dan cabai merah menjadi dominan dalam masakan daerah tersebut. Sangat mudah menemukan masakan padang baik di warung kecil pinggir jalan maupun di food court mal kelas atas di Ibukota. Fenomena ini sangat menarik untuk dicermati mengingat daya terima masakan padang yang sudah menasional, bahkan mengglobal. Masakan khas manado pun mulai menanjak kepopulerannya menandingi masakan padang, dengan rasa dominannya adalah pedas dan asam. Pemilik Rumah Makan Sapi Bali Adzan Budiman menambahkan, bahan baku masakan dari lokal yang dikemas dengan baik juga berpotensi menjadi kekayaan kuliner tersendiri bagi Indonesia. Kita harus berwawasan global, namun beraksi secara lokal, kata Budiman. Maksudnya, ia menjelaskan, bahan baku masakan sebaiknya diperoleh dari dalam negeri, tidak perlu impor. Demikian juga menu masakannya, harus merupakan masakan eksotik lokal dalam negeri, namun dengan sentuhan internasional baik cara mengemas maupun pelayanan dan penyajikannya.
Masih ada demikian banyak masakan khas daerah yang bisa diangkat ke tingkat global seperti aneka soto, nasi goreng, sate, ayam taliwang, bakmi goreng, bakwan malang, sop buntut, gado-gado, nasi campur, rawon, dan lain-lain. Namun, untuk melangkah menuju pasar dunia, lebih baik dipilih masakan Indonesia paling populer. Masakan itulah yang diperkenalkan dan dipromosikan ke berbagai belahan dunia oleh pemerintah Indonesia.
Melihat potensi masakan Indonesia yang demikian besar, diperlukan koordinasi dari berbagai pihak, untuk mempromosikan masakan Indonesia di tingkat global. Tentu sangat dibutuhkan komitmen besar dari pemerintah untuk memajukan industri kuliner Indonesia. Tidak sekadar dalam hal promosi dan strategi marketing yang baik, namun juga masalah perencanaan penyediaan bahan baku masakan, higiene dan sanitasi pada saat proses penyiapan masakan, inovasi produk, hingga ke masalah penyiapan sumber daya manusianya, kata Hariyanto Prayitno. K-8